Anggota Kelompok:
Watson mencatat, bahwa selama 50 tahun terakhir
psikologi gagal menjadi ilmu pasti. Fokus pada kesadaran dan proses mental
menyebabkan psikologi menemui jalan buntu. Behaviorisme menjadi aliran dominan
dari 1920-an hingga 1950-an, namun ia tidak sepenuhnya bebas dari penantang.
Pendapat yang menentangnya, yakni psikologi Gestalt, yang menekankan pada
pentingnya persepsi pembelajar dalam situasi pemecahan masalah dan karenanya ia
membahas persoalan kognisi.
PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME
Dua
pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah pengkondisian klasik dan
koneksionisme.
Argumen Dasar
Behaviorisme
John
Watson mendukung studi perilaku. Alasannya adalah semua organisme menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui respons, dan respons-respons tertentu biasanya
disebabkan oleh peristiwa (stimulus) tertentu. Dengan mempelajari perilaku,
psikolog akan mampu untuk memprediksi respons yang ditimbulkan lewat stimulus,
dan sebalikya.
Setelah
mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset reflex motorik dari psikolog
rusia, V.M Bekheterev. Karya Bekheterev penting, karena ia berhasil
memanipulasi reaksi behavioral di dalam laboratorium.
Asumsi Dasar
Behaviorisme
merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar.
Asumsi itu adalah :
1.
Fokus studi
seharusnya addalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal
atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2.
Perilaku harus
dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respon
spesifik)
3.
Proses belajar
adalah perubahan behavioral.
Pavlov dan
Pengkondisian Klasik atau Refleks
Kisah
riset Pavlov memperlihatkan seorang ilmuwan yang secara tidak sengaja menemukan
cara untuk mengontrol perilaku sederhana saat meneliti reflex keluarnya air
liur anjing. Dia sendiri, menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air
liur, dapat dilatih untuk merespons suara yang tidak berhubungan dengan
makanan.
Pavlov dan Kaum
Bolshevik
Masa-masa
revolusi Bolshevik (1917-1921) adalah masa-masa sulit bagi Pavlov, keluarganya,
dan laboratoriumnya. Rumah Pavlov beberapa kali dicari-cari, hendak dibakar,
dan keluarganya melarikan diri dari tempat di mana ia tinggal di sekitar
Institute of Experimental Medicine.
Pada
Juni 1920, saat berusia 70 tahun. Pavlov menulis surat kepada pemerintah untuk
minta izin beremigrasi. Kemudian ia menerima tunjangan hidup, jatah makan yang
dipilh sendiri, mendapatkan pekerjaan, dan dukungan laboratorium.
Riset di
Laboratorium Pavlov
Fokus
riset yang diawasi oleh Pavlov adalah reflex air liur anjing. Pada mulanya
Pavlov menyebut reaksi air liur ini sebagai reflex yang dikondisikan. Namun,
pada riset berikutnya, V.N Boldyrev menemukan bahwa reflex air liur ini bisa
dilatih untuk merespons (dikondisikan) objek-objek atau kejadian dari modalitas
indrawi, seperti : suara, penglihatan, atau sentuhan (Windholz, 1997).
Riset
di laboratorium Pavlov ini penting karena 2 sebab, yaitu :
a.
menunjukkan
bahwa reaksi keluarnya air liur adalah reflex
b.
mengubah relasi
alamiah antara stimulus dan reaksi diman dianggap sebagai penemuan penting
dalam studi perilaku.
Paradigma
Pengkondisian Klasik
Proses
dimana kejadian atau stimuli mampu memicu respon dikenal sebagai refleks atau
pengkondisian klasik.Proses pengkondisian klasik terdiri dari tiga tahap, yaitu
:
a.
pra
eksperimental
b.
memasang
stimulus asli dengan stimulus baru yang tidak berhubungan dengan reaksi
c.
stimulus baru
menimbulkan reaksi
Dalam relasi ilmiah, stimulus dan reaksi otomatisnya
disebut sebagai unconditioned stimulus (UCS),
dan unconditioned response (UCR) atau
respon yang tidak dikondisikan.CS adalah hasil dari training, dan CR adalah
reaksi yang terlatih merespon stimulus baru.
Konsep Terkait
Pengkondisian klasik memunculkan sejumlah variabel
dan relasi yang dapat diriset dan diukur di dalam laboratorium. Termasuk
kekuatan respon (amplitudo), lamanya waktu antara stimulus dan respon
(latensi), dan tendensi stimuli yang sama untuk memunculkan reflex
(generalisasi stimulus). Selain itu juga mengukur resistensi terhadap pelenyapan
(extinction) dan hambatan (inhibition).
Efek dari pengkondisian Pavlovian adalah :
a.
munculnya riset
terhadap kelangsungan hidup hewan di lingkungan alam
b.
perkembangan
proses yang disebut kontra pengkondisian (counter-conditioning)
Pengkondisian
Klasik dan Reaksi Obat
Reaksi terhadap isyarat sebelum
datangnya makanan, juga menjelaskan relasi yang terjadi di dalam laboratorium
dan studi klinis terhadap kecanduan obat. Setelah beberapa kali pemberian obat,
petunjuk yang diasosiasikan dengan pemberian obat akan menyebabkan respons yang
disebut conditional-compensatory (CCRs).
CCRs penting, karena ia melemahkan efek dari obat tertentu yang sedang
diberikan. Periset telah mendokumentasikan CCRs pada beberapa obat, termasuk
obat yang kerap di salah gunakan, seperti opium, ethanol, dan kafein. Dalam
riset Pavlov, eaksi air liur yang keluar saat melihat orang member makan adalah
model untuk pengembangan toleransi obat adiktif.
Behaviorisme John Watson
Watson
mengidentifikasi tiga reaksi emosional bayyi yang bersifat naluriah, yaitu
reaksi yang terjadi secara alami. Reaksi tersebut adalah cinta, marah dan takut
(Watson, 1928; Watson & Morgan, 1917). Misalnya, respons takur terjadi
dilingkungan alamiah setelah adanya suara keras atau kurangnya dukungan pada
bayi.
Watson sepakat dengan Sigmund Freud,
bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat
ditransfer dari satu objek/kejadian ke objek/kejadian lainnya (Watson &
Morgan, 1917). Watson
menunjukkan teorinya dalam eksperimen dengan Albert, bayi berusia 11 bulan.
Reaksi takut Albert dikondisikan ke tikus putih dan reaksi ini ditransfer ke
kelinci putih.
Koneksionisme Edward Thorndike
Thorndike memilih bereksperimen
dalam kondisi terkontrol untuk mengembangkan teorinya. Dalam eksperimennya, hewan
dikurung dengan makanan diletakkan di luar atau di kotak tertutup. Tugas bagi
hewan lapar itu adalah membuka makanan atau sangkar dan mendapatkan makanan.
Thorndike menyebut eksperimen ini sebagai pengkondisian instrumental untuk
merefleksikan perbedaannya dengan pengkondisian klasik. Teori ini dikenal
sebagai koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara stimuli particular
dengan perilaku mandiri.
Dari hasil percobaan yang dilakukan
Thorndike pada beberapa hewan, Thorndike mengidentifikasi tiga hukum belajar. Pertama, hukum efek (laws of effects) menyatakan bahwa suatu
keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus
dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi
tersebut. Hukum efek penting karena dapat mengidentifikasi mekanisme baru dalam
proses belajar. Kedua, hukum latihan
(law of exercise) menyatakan bahwa
perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang
benar. Ketiga, hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan
kondisi yang mengatru keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau
“menjengkelkan”. Pelaksanaan tindakan dalam merespons impuls yang kuat adalah
memuaskan, sedangkan perintangan tindakan atau memaksakannya dalam kondisi lain
adalah menjengkelkan.
PSIKOLOGI
GESTALT
Fokus
awal riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Bersama dengan Kurt Koffka dan
Wolfgang Kohler, Wertheimer mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan
konsep ini ke belajar dan pemikiran. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt
terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa:
a. Ciri
global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
b. Proses
ini konstruktif karena individual sering menstransformasikan input visual yang
tidak lengkap ke dalam citra perseptual yang lebih jelas
Asumsi Dasar
Empat
asumsi dasar perspektif Gestalt dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Asumsi
|
Contoh
|
1. Yang
mestinya dipelajari adalah prilaku molar, bukan prilaku molecular
|
Kinerja seorang mahasiswa di kelas
saat dosen memberi kuliah
|
2. Organisme
merespons “keseluruhan sensoris yang tersegregasi” atau gestalten ketimbang
pada stimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independen
|
Susunan geometris dari 11 titik
dilihat sebagai sebuah salib
º
º
º
º
º º º
º º º
º
º
º
|
3. Lingkungan
geografis, yang hadir sebagaimana adanya, berbeda dengan lingkungan
behavioral, yang merupakan cara sesuatu muncul. Lingkungan behavioral adalah
realitas subjektif
|
Koffka mendeskripsikan peristiwa
seorang pria mengendarai kuda melewati datran di tengah badai salju menuju
sebuah penginapan. Ketika ditanya dari mana ia berasal, lelaki itu menunjuk
arah seberang penginapan. Pemilik penginapan terkejut dan bertanya apakah
lelaki itu tahu dia sebenarnya berkuda di atas danau yang membeku. Ceritanya
lelaki itu jatuh dan mati karena terkejut ketika sadar dirinya sudah
menyeberangi danau berlapis es tipis bermil-mil
|
4. Organisasi
lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam
struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
|
Sebuah gambar (misal, kubus) yang sama
namun dipersepsi secara berbeda berdasar relasi dari garis-garisnya
|
Hukum
Organisasi Perseptual
Gestalt berpendapat bahwa tugas
utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu secara psikologis memahami
atau mempersepsi lingkungan geografis. Mereka mendefinisikan persepsi sebagai
proses pengorganisasian stimuli yang diamati di mana pengamat memberikan makna
kepada serangkaian stimuli. Hukum Gestakt dasar, yakni hukum Pragnanz, dan
hukum terkait primer yang mendeskripsikan semua pengaruh ini.
Hukum Pragnanz.
Istilah
Pragnanz berarti esensi, dan hukum ini menunjukkan pengorganisasian psikologis
terhadap sekelompok stimuli. Dalam setiap rangkaian stimulus, organisasinya
dipersepsikan oleh individu sebagai satu stimuli yang: (a) paling komprehensif;
(b) paling labil; (c) bebas dari sebab-akibat dan arbitrer.
Hukum terkait
Hukum
pengorganisasian perseptual mendeskripsikan empat karakteristik utama dari
bidang visual yang mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah kedekatan
dari setiap elemen (proximity), ciri
yang sama, seperti warna (similarity),
tendensi elemen untuk melengkapi pola (open
direction), dan kontribusi elemen stimulus terhadap struktur sederhana
keseluruhan (simplicity).
Riset Tentang Belajar dan Pemecahan
Masalah
Perkembangan
utama dalam belajar dan pemikiran adalah pengalaman wawasan, perbedaan antara
belajar arbitrer dan belajar bermakna, serta studi pemecahan masalah.
Psikologi Gestalt memberi kontribusi
beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah. Mungkin yang paling terkenal adalah konsep
pemahaman (wawasan), yang melibatkan reorganisasi persepsi seseorang untuk
“melihat” solusi. Analisis kontemporer mengindikasikan bahwa pemahaman kreatif
pada masalah baru memerlukan kerja keras dan riset, periode inkubasi, momen
wawasan, dan pengkajian lebih lanjut. Dalam kehidupan sehari-hari, wawasan
terhadap masalah mungkin diperoeh lewat pengaturan kembali beberapa aspek dari
persoalan, elaborasi, dan relaksasi pembatas.
Kontribusi lain dari psikologi
Gestalt adalah pembedaan oleh Wertheimer atas belajar arbitrer (tanpa makna)
dan belajar bermakna, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemecahan
masalah. Di dalamnya mencakup pengidentifikasian masalah untuk menyusun solusi
yang memiliki nilai fungsional, peran penemuan pemecahan masalah yang bermakna
dengan panduan, dan menghindari pembatasan pemecahan masalah. Hal-hal yang
membatasi itu antara lain adalah kekakuan fungsional, yakni ketidakmampuan
untuk melihat elemen-elemen dari masalah dengan cara baru, dan belenggu
masalah, yakni kekakuan dalam memecahkan masalah. Perkembangan lainnya adalah
aplikasi konsep Gestalt ke formasi kelompok sosial dan motivasi serta konsep
belajar laten.
PERBANDINGAN
ANTARA BEHAVIORISME DAN GESTALT
Kedua teori ini mengilustrasikan
perkembangan pengetahuan melalui pengukuran yang akurat dan riset dalam kondisi
yang terkontrol.
Aplikasi ke
Pendidikan
Psikologi Behaviorisme dan Gestalt
mendasarkan risetnya pada asumsi yang berbeda mengenai sifat dan belajar serta
fokus studinya. Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku
dan mengidentifikasi stimuli dan respons spesifik sebagai focus riset,
sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespons stimuli yang
terorganisasi dan persepsi perorangan adalah faktor penting untuk memecahkan
masalah.
Behaviorisme
Pengkondisian klasik juga membahas aspek-aspek dari
situasi sehari-hari, misalnya untuk hari pertama anak, di kelas taman
kanak-kanak dan sekolah dasar, aktivitas yang dilakukan haruslah kegiatan yang
dapat menghindari asosiasi kecemasan dan perasaan negative lainnya terhadap
latar sekolah.
Guthrie juga menyarankan guru untuk mengasosiasikan
stimuli dan respons secara tepat. Misalnya, guru harus memastikan bahwa
instruksi seperti mengantri makan siang tidak menimbulkan perilaku distruptif.
Masalahnya adalah bahwa sebuah perintah dapat menjadi petunjuk untuk munculnya
perilaku distruptif di masa depan.
Psikologi
Gestalt
Isu yang diangkat psikologi Gestalt
untuk masalah pendidikan adalah soal makna, pemahaman, dan wawasan yang
merupakan karakteristik manusia. Komputer, dapat menjadi pemecah masalah
manusia, setelah masalahnya dipahami.
Kesulitan dalam mengaplikasikan
perspektif Gestalt di kelas adalah kurangnya prinsip yang terdefinisikan dengan
jelas. Periset Gestalt mengemukakan beberapa saran untuk pembelajaran
memecahkan masalah, yaitu :
a.
membuat tugas
dalam belajar di dalam situasi yang konkrit dan akurat.
b.
asistensi selama
pemecahan masalah tidak boleh berupa prosedur pengulangan dan peniruan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar