1) Fungsi
umum teori belajar kaitannya dengan pengalaman pribadi.
Suppes
(1974) mengidentifikasi empat fungsi umum dari teori. Berikut adalah
fungsi-fungsi umum tersebut dan disertai dengan contoh pengalaman sehari-hari.
1. Sebagai
kerangka riset.
Fungsi ini terkait dengan syarat bahwa teori harus memuat prinsip yang dapat diuji; teori yang baik akan diterjemahkan ke dalam desain riset yang konkret.
Fungsi ini terkait dengan syarat bahwa teori harus memuat prinsip yang dapat diuji; teori yang baik akan diterjemahkan ke dalam desain riset yang konkret.
Contoh : Saat saya
mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan disemester 2, dosen pengampu mata
kuliah meminta mahasiswanya untuk melakukan mini proyek terkait dengan materi
yang sudah dipelajari selama perkuliahan. Ketika saya dan kelompok mengerjakan
mini proyek tersebut, pedoman penting dalam menentukan apa yang akan kami lakukan
adalah teori. Dengan teori tersebut pengerjaan mini proyek menjadi terorganisir
dan membantu dalam mengumpulkan data. Dari pengalaman tersebut terlihat jelas
bahwa teori menjadi panduan dalam merancang sebuah riset.
2. Memberikan
kerangka organisasi untuk item-item informasi.
Contoh : setelah saya
belajar berbagai macam mata pelajaran di bangku SMA, saya memiliki skema
tentang masing-masing mata pelajaran tersebu. Misalnya, untuk mata pelajaran
biologi, setelah 3 tahun mempelajarinya, secara sederhana saya mengerti bahwa
biologi mempelajari makhluk hidup. Lebih dalam lagi, dalam mata pelajaran
biologi tersebut saya menjadi memiliki kerangka pikir tentang proses-proses
yang terjadi pada manusia, apa itu sistem metabolisme, bagaimana manusia, hewan
dan tumbuh-tumbuhan berkembang-biak, dan lain sebagainya. Proses belajar
memberikan saya skema tentang berbagai hal.
3. Mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks.
Contoh : ketika saya
berumur kira-kira 6 atau 7 tahun, saya belajar mengendarai sepeda. Yang saya
tahu, hanya cara menaiki sepeda dan menjalankan sepeda tersebut. saya tidak
mengerti bahwa mengendarai sepeda dengan kencang kemudian berbelok bisa
mengakibatkan sepeda tidak seimbang dan terjatuh. Ketika akhirnya saya jatuh
berulang-ulang kali, dari situlah saya mengerti bahwa ketika berbelok sebaiknya
tidak dengan melaju kencang. Pada saat itu tahap perkembangan saya juga sudah
memasuki tahap yang lebih tinggi jika dilihat melalui tahap perkembangan Jean
Piaget.
4. Mereorganisasi
pengalaman sebelumnya.
Contoh : saat saya duduk
di bangku SD yang saya tahu adalah bahwa proses pemberian label “ pintar ” kepada
seorang anak didasarkan pada kemampuannya mengerjakan soal-soal matematika dari
gurunya dan mendapat nilai yang baik dibidang akademik. Dahulu orang-orang
hanya melihat kecerdasan seseorang dari nilai akademiknya di sekolah tanpa
mengetahu bahwa kecerdasan itu tidak hanya bisa menjawab soal matematika di
sekolah saja. Namun seiring perkembangan jaman dan banyaknya penelitian-penelitian
baru yang melahirkan teori baru membuat label “pintar” tidak hanya didasarkan
pada nilai akademik di sekolah. Sekarang saya mampu memahami bahwa setiap
individu itu unik dan memiliki kelebihan masing-masimg yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Dari hal ini terlihat jelas bahwa teori melahirkan wawasan baru
sehingga prinsip sebelumnya perlu diperbaiki.
5. Bertindak
sebagai penjelasan kerja dari peristiwa.
Contoh : sebelum masuk
ke Fakultas Psikologi, saya tidak mengerti dan tidak paham kenapa ada orang
yang menurut saya bertindak aneh, apa penyebab ia melakukannya serta bagaiman
bisa ada orang yang disebut oleh orang awam “gila”. Tetapi ketika saya masuk ke
Fakultas Psikologi, mempelajari berbagai macam ilmu dan teori tentang prilaku
manusia dan proses mental, saya menjadi mengerti mengapa ada orang yang
melakukan sesutau berbeda dari orang lain. Menurut saya pengalaman ini relevan
dengan fungsi umum kelima dari teori belajar yang berguna sebagai penjelasan
atas suatu kejadian atau fenomena.
2) Kaitan
contoh pada poin 1 pada gambar 1.1 halaman 33 yang meggambarkan tentang
perspektif psikologis tentang faktor-faktor utama dalam belajar.
Ø
Perspetif Behavioris
Perspektif
behavioris jika dikaji lebih dalam merupakan contoh konkret dari teori sebagai
kerangka riset dan teori sebagai penjelasan dari suatu fenomena atau kejadia. Contoh
dari fungsi umum teori belajar sebagai kerangka riset dan sebagai penjelasan
dari suatu fenomena atau kejadian yang ada pada poin 1 memiliki hubungan dengan
perspektif behavioris. Misalnya saja hukum belajar Thorndike yang berada pada
perspektif behavioris yang mengidentifikasi arti penting prilaku bagi proses
belajar. Perilaku yang dimunculkan oleh teman-teman sekelompok, teman-teman
dari kelompok lain serta senior memberikan saya pelajaran bagaimana seharusnya
mengerjakan proyek mini yang lebih baik. Karena sebenarnya saya belum
benar-benar paham bagaimana megerjakan proyek tersebut, tapi dari prilaku
teman-teman saya saat mengerjakan proyek tersebut, saya jadi lebih mengerti
bagaiman mengerjakannya.
Ø
Perspektif Kognitif
Contoh
yang ada pada fungsi umum teori belajar sebagai kerangka riset juga memiliki
hubungan dengan perspektif kognitif. Dimana, dalam perspektif ini terdapat
teori dan odel motivasional. Seperti yang telah dijelaskan pada perspektif
behavioris diatas, ketika mengerjakan proyek mini disemester 2 saya memiliki
motivasi untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga membuat saya memiliki
keinginan untuk menyelesaikan dengan cepat dan tepat proyek tersebut.
Ø
Perspektif Interaksionis
Kondisi
belajar Gagne dan teori kognitif sosial Bandura masuk didalam perspetif
interaksionis. Jadi dapat disimpulkan bahwa contoh yang dibrikan pada fungsi
umum teori belajar sebagai pemberi kerangka informasi dan teori belajar untuk
mereorganisasi pengalaman sebelumnya dapat dikaitkan dengan perspektif
interaksionis. Misalnya saja, pengalaman saya belajar biologi memberikan saya
kerangka informasi tentang makhluk hidup, perkembangbiakan manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Jika kita coba kaitkan dengan kondisi belajar Gagne yang mengatakan
bahwa belajar memerlukan proses internal dan eksternal agar mendukung
pembelajaran, maka saya dapat mengatakan bahwa proses internal yang saya rasakan
saat belajar biologi tersebut adalah bahwa saya memiliki persepsi kalau guru
biologi yang mengajar kredibel untuk saya percayai pengetahuannya. Selain itu,
proses eksternal yang saya rasakan adalah dukungan dan banyaknya informasi yang
diberikan oleh guru.
Ø
Teori Perkembangan Interaksionis
Seperti
halnya teori perkembangan kognitif Piaget yang mengatakan bahwa pemikiran tidak
logis dari anak-anak merupakan hal wajar karena disesuaikan dengan tahap
perkembangannya dan akan terus berkembang sampai ia memiliki pemikiran yang
logis. Hal tersebut juga saya rasakan ketika saya belajar memahami bagaimana
menaiki sepeda yang benar. Pemikiran pendek yang awalnya saya miliki diusia
sekitar 6 atau 7 tahun perlahan berkembang menjadi pemikiran yang lebih baik
diusia selanjutnya. Tentunya dengan proses belajar dari pengalaman yang
berulang-ulang.
terimakasih :)
BalasHapusudah nyobak O.D.A.P non?? ada hasilnya gak??
BalasHapus