Rabu, 26 September 2012

Fungsi Umum Teori Belajar & Perspektif Psikologis Tentang Faktor-Faktor Utama dalam Belajar


1)   Fungsi umum teori belajar kaitannya dengan pengalaman pribadi.

Suppes (1974) mengidentifikasi empat fungsi umum dari teori. Berikut adalah fungsi-fungsi umum tersebut dan disertai dengan contoh pengalaman sehari-hari.

1.    Sebagai kerangka riset.
    Fungsi ini terkait dengan syarat bahwa teori harus memuat prinsip  yang dapat diuji; teori yang baik akan diterjemahkan ke dalam desain riset yang konkret.
Contoh : Saat saya mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan disemester 2, dosen pengampu mata kuliah meminta mahasiswanya untuk melakukan mini proyek terkait dengan materi yang sudah dipelajari selama perkuliahan. Ketika saya dan kelompok mengerjakan mini proyek tersebut, pedoman penting dalam menentukan apa yang akan kami lakukan adalah teori. Dengan teori tersebut pengerjaan mini proyek menjadi terorganisir dan membantu dalam mengumpulkan data. Dari pengalaman tersebut terlihat jelas bahwa teori menjadi panduan dalam merancang sebuah riset.

2.    Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi.
Contoh : setelah saya belajar berbagai macam mata pelajaran di bangku SMA, saya memiliki skema tentang masing-masing mata pelajaran tersebu. Misalnya, untuk mata pelajaran biologi, setelah 3 tahun mempelajarinya, secara sederhana saya mengerti bahwa biologi mempelajari makhluk hidup. Lebih dalam lagi, dalam mata pelajaran biologi tersebut saya menjadi memiliki kerangka pikir tentang proses-proses yang terjadi pada manusia, apa itu sistem metabolisme, bagaimana manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan berkembang-biak, dan lain sebagainya. Proses belajar memberikan saya skema tentang berbagai hal.

3.    Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks.
Contoh : ketika saya berumur kira-kira 6 atau 7 tahun, saya belajar mengendarai sepeda. Yang saya tahu, hanya cara menaiki sepeda dan menjalankan sepeda tersebut. saya tidak mengerti bahwa mengendarai sepeda dengan kencang kemudian berbelok bisa mengakibatkan sepeda tidak seimbang dan terjatuh. Ketika akhirnya saya jatuh berulang-ulang kali, dari situlah saya mengerti bahwa ketika berbelok sebaiknya tidak dengan melaju kencang. Pada saat itu tahap perkembangan saya juga sudah memasuki tahap yang lebih tinggi jika dilihat melalui tahap perkembangan Jean Piaget.

4.    Mereorganisasi pengalaman sebelumnya.
Contoh : saat saya duduk di bangku SD yang saya tahu adalah bahwa proses pemberian label “ pintar ” kepada seorang anak didasarkan pada kemampuannya mengerjakan soal-soal matematika dari gurunya dan mendapat nilai yang baik dibidang akademik. Dahulu orang-orang hanya melihat kecerdasan seseorang dari nilai akademiknya di sekolah tanpa mengetahu bahwa kecerdasan itu tidak hanya bisa menjawab soal matematika di sekolah saja. Namun seiring perkembangan jaman dan banyaknya penelitian-penelitian baru yang melahirkan teori baru membuat label “pintar” tidak hanya didasarkan pada nilai akademik di sekolah. Sekarang saya mampu memahami bahwa setiap individu itu unik dan memiliki kelebihan masing-masimg yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dari hal ini terlihat jelas bahwa teori melahirkan wawasan baru sehingga prinsip sebelumnya perlu diperbaiki.

5.    Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa.
Contoh : sebelum masuk ke Fakultas Psikologi, saya tidak mengerti dan tidak paham kenapa ada orang yang menurut saya bertindak aneh, apa penyebab ia melakukannya serta bagaiman bisa ada orang yang disebut oleh orang awam “gila”. Tetapi ketika saya masuk ke Fakultas Psikologi, mempelajari berbagai macam ilmu dan teori tentang prilaku manusia dan proses mental, saya menjadi mengerti mengapa ada orang yang melakukan sesutau berbeda dari orang lain. Menurut saya pengalaman ini relevan dengan fungsi umum kelima dari teori belajar yang berguna sebagai penjelasan atas suatu kejadian atau fenomena.

2)   Kaitan contoh pada poin 1 pada gambar 1.1 halaman 33 yang meggambarkan tentang perspektif psikologis tentang faktor-faktor utama dalam belajar.

Ø Perspetif Behavioris
Perspektif behavioris jika dikaji lebih dalam merupakan contoh konkret dari teori sebagai kerangka riset dan teori sebagai penjelasan dari suatu fenomena atau kejadia. Contoh dari fungsi umum teori belajar sebagai kerangka riset dan sebagai penjelasan dari suatu fenomena atau kejadian yang ada pada poin 1 memiliki hubungan dengan perspektif behavioris. Misalnya saja hukum belajar Thorndike yang berada pada perspektif behavioris yang mengidentifikasi arti penting prilaku bagi proses belajar. Perilaku yang dimunculkan oleh teman-teman sekelompok, teman-teman dari kelompok lain serta senior memberikan saya pelajaran bagaimana seharusnya mengerjakan proyek mini yang lebih baik. Karena sebenarnya saya belum benar-benar paham bagaimana megerjakan proyek tersebut, tapi dari prilaku teman-teman saya saat mengerjakan proyek tersebut, saya jadi lebih mengerti bagaiman mengerjakannya.

Ø Perspektif Kognitif
Contoh yang ada pada fungsi umum teori belajar sebagai kerangka riset juga memiliki hubungan dengan perspektif kognitif. Dimana, dalam perspektif ini terdapat teori dan odel motivasional. Seperti yang telah dijelaskan pada perspektif behavioris diatas, ketika mengerjakan proyek mini disemester 2 saya memiliki motivasi untuk mendapatkan nilai yang baik, sehingga membuat saya memiliki keinginan untuk menyelesaikan dengan cepat dan tepat proyek tersebut.

Ø Perspektif Interaksionis
Kondisi belajar Gagne dan teori kognitif sosial Bandura masuk didalam perspetif interaksionis. Jadi dapat disimpulkan bahwa contoh yang dibrikan pada fungsi umum teori belajar sebagai pemberi kerangka informasi dan teori belajar untuk mereorganisasi pengalaman sebelumnya dapat dikaitkan dengan perspektif interaksionis. Misalnya saja, pengalaman saya belajar biologi memberikan saya kerangka informasi tentang makhluk hidup, perkembangbiakan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jika kita coba kaitkan dengan kondisi belajar Gagne yang mengatakan bahwa belajar memerlukan proses internal dan eksternal agar mendukung pembelajaran, maka saya dapat mengatakan bahwa proses internal yang saya rasakan saat belajar biologi tersebut adalah bahwa saya memiliki persepsi kalau guru biologi yang mengajar kredibel untuk saya percayai pengetahuannya. Selain itu, proses eksternal yang saya rasakan adalah dukungan dan banyaknya informasi yang diberikan oleh guru.

Ø Teori Perkembangan Interaksionis
Seperti halnya teori perkembangan kognitif Piaget yang mengatakan bahwa pemikiran tidak logis dari anak-anak merupakan hal wajar karena disesuaikan dengan tahap perkembangannya dan akan terus berkembang sampai ia memiliki pemikiran yang logis. Hal tersebut juga saya rasakan ketika saya belajar memahami bagaimana menaiki sepeda yang benar. Pemikiran pendek yang awalnya saya miliki diusia sekitar 6 atau 7 tahun perlahan berkembang menjadi pemikiran yang lebih baik diusia selanjutnya. Tentunya dengan proses belajar dari pengalaman yang berulang-ulang.

2 komentar: