Minggu, 28 Oktober 2012

TUGAS MID SEMESTER

Kelompok 9 Teori Motivasi
1. Rizqi Chairiyah               (10-007)
2. Fauziah Nami Nasution   (10-016)
3. Sri Rizki Amanda            (10-017)


Prinsip Dasar Motivasi

            Konsep motivasi individu berkembang melalui interaksi kompleks dari factor lingkungan dengan factor dalam diri anak, artinya anak akan memiliki prestasi jika lingkungan mendukung atau memberikan motivasi disertai dengan motivasi dalam diri anak itu sendiri.

1. Teori Dorongan 

            Teori ini menyatakan bahwa tingah laku seorang siswa didorong ke suatu tujuan  karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan inilah yang menyebabkan adanya dorongan dari dalam yang mendorong  seseorang  untuk melakukan  sesuatu yang  menuju  ke arah tercapainya suatu tujuan dan dorongan tersebut akan menurun intensitasnya jika tujuan sudah tercapai, misalnya motif biologis seperti lapar, haus, dan seks
.
2. Teori Insentif

Teori ini menyatakan bahwa suatu karakteristik tertentu  dapat menyebabkan  terjadinya  tingkah laku ke arah tujuan (insentif). Insentif yang positif merupakan tujuan yang diharapkan misalnya bonus,  upah, gaji dan menghindari insentif yang negatif.

3.Teori Motivasi Berprestasi

            Motivasi seseorang  muncul karena adanya kebutuhan berprestasi antara lain harapan  untuk  melakukan tugas dengan  berhasil, persepsi tentang nilai tugas dan kebutuhan untuk keberhasilan. Kebutuhan berprestasi tersebut bersifat instrinsik dan relatif stabil. Orang yang mempunyai motivasi untuk berprestasi (n-ach) tinggi ingin menyelesaikan  tugas dan meningkatkan  penampilan mereka yang berorientasi pada masalah yang dapat memberi tantangan dan menghendaki umpan balik. 

Siswa dengan n-ach tinggi cenderung  bersifat realistis, cenderung ingin melaksanakan tugas dengan tantangan yang sedang dan tidak mau melaksanakan tugas yang mudah. Jika siswa  tersebut berhasil melaksanakan tugas cenderung akan  meningkatkan aspirasinya untuk meningkat ke arah tugas yang lebih sulit.


Ide dan Gagasan Untuk Penerapan dalam Kelas

Alat dan Bahan :
  1. Kertas HVS berwarna, dipotong menjadi 4 bagian
  2. Alat Tulis
  3. Reward kecil yang disediakan oleh semua peserta kelas (Reward tidak boleh lebih dari harga Rp 2.500, -)
  4. Pemateri menyiapkan gulungan berisi nomor undian
Tata Cara Pembelajaran
  1. Pemateri membagi kelas menjadi kelompok kecil, dengan maksimal anggota tiga orang.
  2. Kemudian membagikan kertas HVS yang telah dipotong menjadi 4 bagian, yang sebelumnya pemateri telah membuat nomor pada setiap kertas.
  3. Masing-masing peserta kelas menulis satu pertanyaan beserta jawaban yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari (dengan batas waktu maksimal 15 menit) (Nb: Setiap Kertas pertanyaan disertai dengan Nama pembuat pertanyaan)
  4. Kemudian pemateri mengumpulkan seluruh kertas pertanyaan
  5. Kemudian masing-masing peserta kelas mengambil kertas undian yang telah disediakan
  6. Peserta kelas membacakan nomor yang didapatnya, dan pemateri membacakan soal yang nomornya sesuai dengan yang dimiliki oleh peserta kelas
  7. Pemateri juga membacakan Nama pembuat pertanyaan.
  8. Jika jawaban benar, pembuat pertanyaan akan memberikan reward, dan jika salah peserta tidak mendapatkan apa-apa.

NB : Penerapan model ini, disertai dengan pemberitahuan agar peserta kelas mempersiapkan diri dengan membaca materi terlebih dahulu sebelum masuk kelas.

Senin, 22 Oktober 2012

RESUME JURNAL TENTANG TEORI PEMROSESAN INFORMASI


Posting kali ini akan saya isi dengan mereview jurnal tentang teori pemrosesan informasi. Berikut adalah identitas jurnal yang akan saya review
Judul               : Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak
Penulis             : Slamet Riyadi
Pekerjaan         : Dosen Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga JPOK FKIP UNS
Link Jurnal      : ejournal.utp.ac.id/index.php/JIS/article/view/14/13


Jurnal ini berkaitan dengan teori pemrosesan informasi yang menjadi materi dikelas Psikologi Belajar. Terlebih lagi pembahasan jurnal yang mengaitkan proses belajar gerak dengan pemrosesan informasi. Hal ini menguatkan saya untuk mereview jurnal tersebut karena pembahasannya dengan proses belajar yang sesuai dengan materi dikelas Psikologi Belajar.

RESUME

A.  Pendahuluan
Ketika orang berjalan, berlari, melempar dan memukul bola dalam berbagai permainan seperti tenis, softball, memainkan piano atau menari, mereka melakukan sesuatu dalam upaya mencapai suatu jenis keahlian yang disebut keterampilan gerak

Perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik. Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas dari penguasaan dan pemrosesan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh peserta didik. 

Output dari pemrosesan informasi menghasilkan gerakan, sebagai salah satu bentuk umpan balik sensori dari proses belajar gerak. Agar peserta didik memiliki keterampilan dan kemampuan dalam merespon dan mengantisipasi setiap gerakan dalam pembelajaran gerak, maka pengetahuan mengenai pemrosesan informasi dalam belajar gerak perlu dipahami dengan benar.


B.  Belajar Gerak
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau dalam potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman, demikian pendapat yang dikemukakan oleh Hergenhan dan Olson (1993). Belajar Gerak serangkaian gerak yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan kemampuan seseorang yang relatif permanen untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil.

            Faktor situasi belajar merupakan salah satu faktor yang akan memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran gerak. Dalam belajar gerak, situasi belajar berhubungan dengan analisis kemampuan individu subyek belajar dan profil tugas yang kelak dilakukanya. Dengan memahami potensi indvidu dan tujuan yang hendak dicapai maka dapat diciptakan situasi belajar yang kondusif. Rancang bangun yang efektif dari situasi belajar akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap rangkaian proses pemerolehan keterampilan gerak. Pada tahap manapun dari rangkaian belajar gerak senantiasa dibutuhkan situasi belajar yang kondusif.

C.  Tahapan Belajar Gerak
Dalam kaitannya dengan pemrosesan informasi dalam belajar gerak, peserta didik akan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. tahap formasi rencana, 2. tahap latihan dan 3. tahap otomatisasi. Secara rinci setiap tahapan dalam pembelajaran gerak kaitannya dengan pemrosesan informasi, dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Tahap formasi rencana
Tahap formasi rencana merupakan tahap di mana seseorang sedang menerima rangsangan pada alat-alat reseptornya sebagai masukan bagi sistem memorinya.
2.    Tahap latihan
Pada tahap ini di mana pola gerak yang telah terbentuk dalam sistem memori sedang diunjuk kerjakan. Unjuk kerja keterampilan pada awalnya dilakukan dengan tingkat koordinasi yang rendah.
3.    Tahap otomatisasi
Tahap ini meruapakan tahap akhir dari rangkaian proses belajar. Gerakkan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang dilakukan dengan efektif.
 
D.  Informasi
Dalam melakukan aktivitas fisik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang masuk lewat input sensori. Input biasanya diwakili oleh sebuah stimulus yang dihadirkan selama pembelajaran gerak, yang lebih sering hadir dalam konteks stimulus lingkungan yang bertumpuk-tumpuk. Stimulus yang masuk melalui berbagai macam input sensori inilah yang disebut dengan informasi. 

Individu memilih informasi secara langsung melalui sistem indera mereka, sehingga mereka menjadi lebih mahir dalam menerima dan merespons informasi yang datang. Prinsip-prinsip model pemrosesan informasi, pada dasarnya hampir sama dengan prinsip dalam teori stimulus dan respon. Teori proses pengolahan informasi berkaitan erat dengan tahapan saat seseorang menerima masukan dan memproses informasi menjadi rencana gerak dalam memorinya. Kemudian, proses adaptasi tampak pada mekanisme dari perencanaan gerak menjadi suatu unjukkerja keterampilan gerak seseorang.

E.  Tahap-Tahap Pemrosesan Informasi
Sebelum respons kinetik diberikan terhadap suatu stimuli, informasi akan dianalisis melalui;
1. Identifikasi stimulus sebagai persepsi
Tahap pengenalan rangsang (stimuli identification) merupakan tahap penginderaan, yang menganalisis informasi dari berbagai sumber seperti pandangan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan sebagainya. Identifikasi stimulus merupakan awal dari rangkaian pengenalan stimulus yang diterima seseorang dengan memberikan analisis terhadap lingkungan dari suatu sumber informasi, bentuk informasi, sentuhan, penglihatan dan pendengaran. Hasil identifikasi stimulus ini akan menjadi bentuk yang representatif bagi seleksi respons yang harus diberikan terhadap suatu bentuk stimuli.

2. Seleksi respons sebagai keputusan
Pada tahap seleksi respons akan dilakukan seleksi terhadap berbagai kemungkinan respons yang harus diberikan terhadap suatu stimuli, selanjutnya seleksi respons akan disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Berbagai kemungkinan bentuk gerak akan diprogramkan untuk memberikan respons, atas stimuli yang muncul.

Tahapan pemilihan respon dimulai ketika tahapan pertama memberikan informasi tentang hakikat dari rangsangan yang masuk. Selanjutnya tugas pemilihan respon ini adalah untuk menentukan gerakan apa yang harus dibuat, sesuai dengan rangsangan. Tahap ini adalah serupa dengan mekanisme penerjemahan antara masukan indera dan luaran gerakan

3. Pemrograman respon sebagai aksi
Dalam pemrograman respons dilakukan pengorganisasian tugas dari sistem motorik sebagai dasar respons kinetik. Sebelum respons kinetik sebagai jawaban dimunculkan, maka program respons akan mempertimbangkan bentuk stimulus yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Bila tahapan rangkaian proses pengolahan informasi telah dilakukan, maka pola rencana gerak telah terbentuk dalam memori seseorang. Pola rencana gerak yang berinteraksi dengan lingkungan stimulus pada akhirnya akan menjadi respons kinetik seperti yang ditampilkan oleh seseorang.

F.   Memori
Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan untuk bisa muncul kembali. Tiga tahapan utama pembentukan dan pengambilan memori dalam proses pengolahan informasi tersebut, adalah:
o  Encoding atau pendaftaran (menerima, pengolahan dan menggabungkan informasi  yang diterima)
o  Penyimpanan (penciptaan catatan permanen dari informasi yang dikodekan)
o  Retrieval , mengingat atau ingatan (memanggil kembali informasi yang disimpan dalam menanggapi beberapa isyarat untuk digunakan dalam proses atau kegiatan)

G.  Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak
Respons kinetik sebagai keluaran dari suatu proses sistem akan berhubungan dengan kecepatan memberikan reaksi dan pengambilan keputusan. Pengolahan informasi pada saat melakukan aktivitas keterampilan telah melalui tiga tahapan, yaitu: masukan (input), pengambilan keputusan dan keluaran (output).
1.    Masukan (input)
Masukan (Input) merupakan informasi yang diperoleh secara sadar dari lingkungan atau luar, yang selanjutnya untuk memutuskan tanggapan yang harus dilakukan. Dalam penguasaan keterampilan, masukan ini merupakan tahap bagaimana seseorang mempertimbangkan informasi yang masuk atau dirasakan dari luar untuk kemudian menginterprestasikan penting atau tidaknya respon tersebut. Misalnya, dalam permainan tenis lapangan yaitu pada saat pemain akan mengantisipasi datangnya bola dari pukulan lawan, apakah bola akan dikembalikan dengan pukulan spin atau drop shot pada saat pemain melakukan persepsi datangnya bola.

Persepsi tersebut biasanya sangat tergantung pada memori atau pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Kemudian dilakukan pengambilan keputusan untuk menentukan keterampilan gerak apa yang akan dilakukan. Setelah pengambilan keputusan selesai, maka akan terjadi pemrograman respon untuk menghasilkan output geraknya. Dan selanjutnya dilakukan umpan balik untuk mengetahui apakah keterampilan gerak yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang diinginkan atau tidak.

2.    Pengambilan Keputusan (decision making)
Kemampuan perseptual dalam pengolahan informasi merupakan penyedia informasi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu aktivitas fisik. Pengambilan Keputusan merupakan tahapan dimana didalamnya telah terjadi pemrosesan, yaitu: mengenali informasi yang diperoleh, pemrosesan dalam memori, dan mempersepsi masukan untuk menghasilkan suatu keluaran (output) yang dinginkan. Kemampuan pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi faktor keterampilan yang dimiliki seseorang.
 Kemampuan untuk membuat keputusan dalam pengolahan informasi suatu keterampilan dalam olahraga tergantung dari beberapa hal, yaitu: efisiensi organ dalam melakukan gerak, intensitas stimulus dan kemampuan untuk menginterpretasikan stimulus dengan tepat (kemampuan perseptual). Untuk memberikan respons kinetik dengan cepat dan tepat, menurut Abdoellah (1987:45) berkaitan dengan potensi kemampuan gerak yang dimiliki oleh seseorang.
Masalah yang serius dalam pembelajaran Pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan adalah informasi yang diberikan kepada siswa terlalu banyak. Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi keterampilan yang dikuasai siswa, karena informasi yang ditangkap oleh siswa tidak dapat diinterpretasikan dalam keterampilan. Oleh karena itu dalam pembelajaran penjasorkes, pengajar sebaiknya meminimalisir informasi yang diberikan kepada siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

3.    Keluaran (output)
Dalam belajar gerak, output merupakan tanggapan seseorang yang ditunjukkan dalam suatu keterampilan setelah dilakukan pemrosesan informasi. Output keterampilan ini nantinya dapat dijadikan dasar atau ukuran dalam pengambilan keputusan, apakah keterampilan yang dilakukan perlu adanya perbaikan atau dilanjutkan pada tingkat keterampilan yang lain. Biasanya keterampilan tersebut dimulai dari yang mudah ke yang lebih sulit. Untuk itu perlu adanya umpan balik (feedback) untuk mengevaluasi keterampilan tersebut.

Kesimpulan
Pada dasarnya belajar gerak merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efektif dan efisien. Perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak melainkan juga oleh faktor proses belajar gerak.
Pemberian pengalaman gerak yang luas kepada anak merupakan tindakan yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak. Melalui gerak, pada dasarnya anak sedang mengadakan interaksi dan komunikasi dengan dunia luar dalam usaha melengkapi pengatahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses belajar terhadap ranah kognitif dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung melainkan pengaruh langsung seperti halnya terhadap perkembangan gerak.
Jadi pemrosesan informasi dalam kognitif seorang anak berpengaruh terhadap proses belajarnya.Dalam hal ini pemrosesan informasi berpengaruh terhadap proses pembelajaran gerak pada siswa.

Rabu, 10 Oktober 2012

Aplikasi Teori B.F Skinner Dalam Kelas Psikologi Belajar


         10 Oktober 2012 pukul 11.00 WIB kelas psikologi belajar dengan dosen pengampu Ibu Dina dimulai. Tidak seperti biasanya, kami duduk tidak berdeatan satu samal lain. Selain itu bu Dina juga mebagi kami kedalam dua gruo, yaitu grup A dan grup B. Setelah itu, tanpa disangka-sangka beliau memberikan kami 3 lembar kertas. 2 diantaranya adalah sertifikat dan satu lembar  lainnya adalah kertas HVS kosong. Awalnya saya tidak mengerti dengan maksud pembagian kertas-kertas tersebut. Beliau juga memerintahkan kami untuk memegang sebuah alat tulis. Setelah pembagian kertas-kertas tersebut selesai, bu Dina memberikan kami instruksi untuk membuat sebuah produk apapun itu dengan menggunakan ketiga kertas yang sudah diberikan. Bu Dina juga mengatakan akan memilih 3 orang terbaik dari grup A dan 3 orang terbaik dari grup B. Artinya akan ada 6 orang terbaik yang dipilih nantinya.

 Berikut adalah 2 lembar sertifikat yang merupakan stimulus dan selembar kertas HVS yang tadinya kosong telah berisi menjadi sebuah produk yang merupakan respon dari stimulus yang diberikan.




Evaluasi Kegiatan Menggunakan Teori Skinner

            Saya yang awalnya kurang begitu paham dengan instruksi yang diberikan berusaha untuk mengerjakan semaksimal mungkin. Yang akhirnya saya sadari bahwa tugas tersebut membutuhkan kreatifitas yang baik dan pengeksploran kemampuan individual secara maksimal. Jujur saja, saya memang orang yang kurang kreatif. Setelah kami membuat produk dari 3 stimulus yang diberikan diawal, kami diminta untuk menuliskan sesuatu dikertas kecil, singkatnya seperti testimoni kegiatan yang sudah dilakukan yang dikaitkan dengan teori dari Skinner. Lalu kami diminta untuk menilai produk dan testimoni milik orang lain. Beruntung, saya berkesempatan menilai punya senior. Dan ternyata produk serta testimoninya sangat baik dan kreatif. Tidak seperti produk saya yang minim akan kreatifitas. Hehehe ....

            Jika dikaitkan dengan teori Skinner, maka kegiatan di kelas siang itu merupakan salah satu bentuk nyata pengaplikasian teori Skinner yang mengatakan bahwa reinforcement dilakukan untuk mendapatkan perilaku sesuai dengan keinginan pemberi stimulus. Reinforcement merupakan setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku, yaitu penguatan yang dapat meningkatkan frekuensi respons. Reinforcement terbagi dua, yaitu reinforcement positif, dan reinforcement negative. Jelas bahwa pemilihan 6 orang terbaik disertai pemberian reward merupakan reinforement positif dari bu Dina terhadap prilaku yang telah dimunculkan. Hal tersebut tentunya akan memotivasi kami untuk melakukan yang terbaik dan memunculkan prilaku sesuai yang diharapkan oleh bu Dina selaku pemberi stimulus. 




Selasa, 09 Oktober 2012

Pengalaman Pribadi Kaitannya Dengan Teori B.F Skinner


Pengalaman Pribadi

            Orang tua saya adalah orang yang sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Beliau berdua selalu menginginkan anak-anaknya mengenyam pendidikan yang terbaik yang ada di Medan, sedangkan beliau berdua berdomisili di Aceh. Solusi yang diambil adalah mengirimkan anak-anaknya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk sekolah di Medan. Alhasil saya tinggal bersama ketiga saudara kandung saya yang lain di Medan. Nah,  Pengalaman ini  terjadi ketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.  Ketika itu saya termasuk anak yang tidak perduli dengan lingkungan sekitar, termasuk keluarga saya sendiri. Saya tidak pernah berniat untuk mengetahui keadaan ayah dan ibu saya yang sedang berada diluar kota. Bahkan saya tidak peduli akan keadaan rumah yang kotor. Saya berfikir, untuk apa saya bersihkan, toh kakak-kakak saya akan membersihkannya. Hingga suatu hari saya tersadar akan sifat buruk saya tersebut. Ayah saya tidak lagi menelfon untuk menanyakan kabar saya. Ketika beliau menelfon kakak saya, beliaupun tidak menanyakan kabar saya. Selain itu, jika ada pekerjaan rumah, ibu saya tidak mau meminta bantuan saya. Padahal saya sedang tidak ada kerjaan apapun. Tapi tetap saja beliau tidak mau meminta bantuan saya. Saudara-saudara yang lainpun juga memberikan sindiran-sindiran negatif kepada saya. Hal ini membuat saya berfikir dan akhirnya saya mulai merubah diri sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya sekarang, semuanya berjalan dengan baik dan sesuai harapan saya.

Analisa Berdasarkan Teori Belajar B.F. Skinner

Pengalaman saya diatas dapat dijelaskan dengan menggunakan teori dari B.F Skinner. Dimana adanya reinforcement yang dilakukan untuk mendapatkan perilaku sesuai dengan keinginan pemberi stimulus.Reinforcement merupakan setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku, yaitu penguatan yang dapat meningkatkan frekuensi respons. Reinforcement terbagi dua, yaitu reinforcement positif, dan reinforcement negative. Jika dikaitkan dengan pengalaman diatas, perlakuan yang diberikan oleh anggota keluarga saya termasuk ke dalam reinforcement negatif. reinforcement negatif tersebut bertujuan untuk menghilangkan prilaku buruk saya yang tidak diharapakan oleh keluarga saya.

Metode ini terbukti efektif dalam mengubah prilaku individu. Begitpun dengan yang saya alami. Hingga akhirnya saya berubah dan mempertahankan prilaku yang diharapkan oleh anggota keluarga saya.


Sabtu, 06 Oktober 2012

Analisa Film 'Kinky Boots'

Kelompok 9
1. Rizqi Chairiyah (10-007)
2. Fauziah Nami Nasution (10-016)
3. Sri Rizki Amanda (10-017)


Film Kinky Boots menceritakan tentang Charlie yang mengalami keputusasaan setelah ayahnya meninggal, dimana perusahaan keluarganya yang akan bangkrut. Charlie terjebak pada satu situasi dimana ia harus memutar otak untuk menyelematkan Price&Sons (Usaha Pabrik Sepatu milik keluarganya). Ditengah keputusasaannya, Charlie berjumpa dengan Lola, seorang waria yang berprofesi sebagai penyanyi cabaret di NightClub, London. Dari pertemuan itulah Charlie terinspirasi membuat produk baru berupa sepatu untuk para waria di NightClub. Dimana Lola direkrut sebagai desainer, atas dukungan dari Laurent (salah satu pegawai Charlie).

Pada awalnya, sampel produk pertama Charlie tidak sesuai dengan harapan Lola, dimana Lola merasa tersinggung, sepatu boots berwarna merah yang diproduksi, tidaklah menarik (Warna merah adalah bagian dari hidup Lola) sehingga membuat Lola marah. Namun, Charlie tidak putus asa, ia kembali meyakinkan Lola, bahwa ia akan melakukan yang terbaik. Ia rela mempromosikan produk yang dibuat hingga ke Milan (pusat mode). Hal ini membuat Charlie harus menggadaikan rumahnya, dan putus dari tunangannya.

Dari hasil kerjasama antara Charlie dan Lola, Charlie mampu mengatasi kebangkrutan pabriknya dan bisa memajukan kembali usaha pabrik sepatunya. Ia juga mampu kembali mempekerjakan pegawai yang sebelumnya telah ia pecat. Dari hal tersebut, Charlie belajar bahwa pegawai adalah aset yang paling penting dalam sebuah organisasi.

Analisa


            Berdasarkan synopsis film ‘Kinky Boots’, jika dihubungkan dengan teori Belajar, maka salah satu teori yang dapat menjelaskan proses yang terjadi dalam film adalah pendekatan teori Gestalt. Teori Gestalt didasarkan pada pengalaman persepsi terhadap suatu stimulus. Stimulus film dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antara satu penonton dengan penonton lain.

Data adalah  hal yang paling dasar dari Psikologi Gestalt yang disebut dengan fenomena. Suatu fenomena dapat dilihat dari keseluruhan atau totalitas, tidak terpisah dalam berbagai elemen. Teori Gestalt dapat diterapkan dalam dua hal saat menonton Film Kinky Boots. Pertama, esensi yang didapat individu sebagai penonton (dimana respon dan persepsi pada setiap penonton akan berbeda-beda), dan kedua adalah esensi dari jalan cerita dan fenomena yang dialami tokoh utama (Charlie).

            Dari sisi tokoh utama, teori Gestalt sangatlah berkaitan, yaitu subjek (Charlie) ditempatkan dalam situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi. Dimana, saat Charlie putus asa, ayahnya meninggal, usaha pabrik sepatunya akan bangkrut, Charlie mampu kembali bangkit untuk meneruskan usaha keluarganya. Ia yang pada awalnya tidak punya daya dan merasa tidak mampu melakukan apa-apa, menjadi orang yang sangat kuat dan tegar. Stimulus yang ia dapat saat putus asa, yaitu penguatan dari Lauren (pegawainya yang akan ia pecat); dan Lola (seorang waria) membuatnya bekerja keras untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Secara perlahan tapi pasti, Charlie mampu kembali memajukan Pabrik Sepatunya dan mendapatkan kembali kepercayaan dari pegawainya, dan proses yang dijalani Charlie merupakan salah satu asumsi dasar pada teori Gestalt, yaitu individu memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespons berdasarkan persepsi, dimana organisasi/susunan dalam lingkungan itu sendiri adalah sebuah proses, dan proses ini memengaruhi persepsi individu.

            Selain teori Gestalt, teori belajar yang dapat menjelaskan film “Kinky Boots” adalah pendekatan koneksionisme yang dikemukakan oleh Edward Thorndike. Beliau mengidentifikasi tiga hukum belajar. Pertama, hukum efek (laws of effects) menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut. Bila dihubungkan dengan prilaku Charli dalam film, maka dapat dijelaskan bahwa keadaan saat Lola marah merupakan kejadian menjengkelkan yang melemahkan prilaku Charlie yang buruk dalam membuat sepatu. Prilaku tersebut tidak diulanginya lagi, ia membuat desain baru dengan sebaik mungkin melalui banyak pertimbangan. Kedua, hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar. Hukum belajar ini jelas terlihat pada prilaku Charlie yang perlahan-lahan mengikuti apa yang orang lain harapkan darinya. Pengalaman berulang yang ia rasakan membuat Charlie belajar untuk berusaha sebaik mungkin dalam memproduksi sepatu. Dan hal ini adalah respon yang benar. Ketiga, hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”. Pelaksanaan tindakan dalam merespons impuls yang kuat adalah memuaskan, sedangkan perintangan tindakan atau memaksakannya dalam kondisi lain adalah menjengkelkan. Hukum ketiga ini tampaknya sedikit membingungkan. Tetapi kelompok akan tetap mencoba menghubungkannya dengan prilaku-prilaku yang ada di film. Jika dihubungkan dengan prilaku Charlie (tokoh utama dalam film), hukum ini terlihat ketika adanya keinginan Charlie untuk menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, ia melaksanakan tindakan atas impuls kuat tersebut. Dan hal ini disebut sebagai keadaan yang “memuaskan” pada hukum kesiapan (law of readiness). Sampai pada akhirnya ia berhasil membangun kembali kejayaan perusahaan sepatu milik kelurganya tersebut.

Sumber :
Gredler, Margareth E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Ed. 6, Cet. 1. Jakarta: Prenada Group
Sarwono, Sarlito W. 2002. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang