Senin, 14 Maret 2011

Apa Itu Inteligensi ?

Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari. Beberapa pakar mendeskripsikan inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem-solving). Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalamn hidup sehari-hari.
Ada beberapa jenis tes inteligensi. Baik secara individual maupun kelompok. Beberapa tes inteligensi tes inteligensi tersebut adalah :
1. Tes IQ individual
  • Tes Binet. Binet menegembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya adalah, IQ = MA/CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Jika usia mental di atas usia kronologis, maka IQnya lebih dari 100. Misalnya, anak 6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ 133. Jika usia mentalnya dibawah usia kronologis, maka IQnya dibawah 100. Misalkan anak usia 6 tahun denagn usia mental 5 tahun akan punya IQ 83.
  • Skala Wechsler. Tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4 sampai 6 1/2 tahun; Wechsler Intelligence Scale for Chidren-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga 16 tahun; dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Selain menunjukkan IQ keseluruhan, skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada 6 subskala verbal, IQ kinerja didasarkan pada 5 subskala kinerja. Ini membuat peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbeda-beda (Woolger, 2001). 
 2. Tes kelompok

Tes inteligensi kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Tests, Khulman-Anderson Intelligence Tests, dan Otis-Lennon School Mental Abilities Tests. Tes kelompok akan lebih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual, namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompk besar, peneliti tak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan sebagainya. Dalam situasi tes kelompok besar, murid mungkin tidak memahami instruksi atau mungkin diganggu oleh murid lain. karena kekuranga ini, maka saat akan dibuat keputusan penting menyangkut murid, tes intelgensi kelompok harus dilengkapi dengan informasi lain tentang kemampuan murid.

Teori Multiple Intelligence.
  • Teori Triarkis Stenberg. Menurut teori inteligensi triarkis dari Robert J. Stenberg (1986, 200), inteligensi muncul dalam bentuk : analitis, kreatif dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemapuan untuk menganilisis, menilai, mengevaluasi, memandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, megaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
  • 8 Kerangka Pikiran Gardner. Howard Gardner ( 1983, 1993, 2002) percaya bahwa ada banyak ipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran. Kerangka ini dideskripsikanbersama dengan contoh pekerjaan yang merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka (Campbell, Campbell & Dicksinson, 1999) : 
  1. Keahlian verbal
  2. Keahlian matematika
  3. Keahlian spasial
  4. Keahlian tubuh-kinestetik
  5. Keahlia musik
  6. Keahlian intrapersonal
  7. Keahlian interpersonal
  8. Keahlian naturalis
Sekarang ini sering sekali kita memandanga atau stereotip pada anak yang telah tes IQ. Jika anak tersebut mendapat skor IQ yang rendah maka banyak diantara kita yang kangsung memandangya buruk. Bagaimanakah cara kita menyikapi hali ini ?

Yang harus kita lakukan adalah jauhi pandangan stereotip dan perkiraan negatif tentang murid berdasarkan skor IQ. Tes IQ harus selalu dianggap sebagai ukuran kinerja saat tes tes itu dilakukan. Tes IQ bukan menguku potensi tetap. Perubahan kedewasaan dan pengalaman yang makin banyak dapat menaikkan kecerdasan si murid.  Jangan gunakan tes IQ sebagai ukuran utama atau ukuran satu-satunya untuk kompetensi. Hal terpenting yang harus diingat adalah IQ tinggi bukan puncak nilai kemanusiaan.

Senin, 07 Maret 2011

Manfaat Pacaran ? Ada gak sih ???


Sebenarnya ada gak sih manfaat pacaran itu? Kalau memang ada manfaatnya kenapa yaa kok orang tua pada ngelarang anaknya pacaran? Trus kalau memang cuma rugi aja kenapa orang-orang tetep banyak yang pacaran? Apalagi jaman sekarang. Huufffttttttt .... yang masih bocah aja udah pacar-pacaran. Hadeeeehhh...
Daripada bingung-bingung yuk kita bahas .... ^_^
Setiap orang merasakan cinta sejak terlahir di dunia dan banyak kebahagiaan yang dirasakan karena cinta. Tapi ternyata tak hanya itu, cinta juga bermanfaat untuk kesehatan

Beberapa studi menunjukkan bahwa orang yang menikah dan memiliki banyak cinta cenderung hidup lebih sehat ketimbang orang yang melajang. Cinta membuat orang lebih sehat secara mental, fisik, sosial dan spiritual. Yuk kita lihat dulu manfaat pacaran itu apa aja sih ...
1.      Mengurangi stres
Cinta bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mengurangi tingkat stres. Ketika dalam suatu hubungan intim, kelenjar adrenal menghasilkan dehydroepiandrosterone (DHEA), yaitu suatu hormon yang bertindak sebagai perusak stres. Selain itu, dukungan dari orang tercinta juga akan membantu Anda mengatasi stres.

2.       Meningkatkan kesehatan mental
Efek menenangkan dari DHEA pada tubuh dan pikiran meningkatkan pertumbuhan saraf. Hal ini juga bermanfaat dalam pemulihan pertumbuhan saraf yang dihasilkan dalam mengingat memori.

3.       Efek anti kanker
Menurut sebuah penelitian di University of Iowa menemukan bahwa pasien kanker ovarium yang memiliki hubungan yang kuat dan memuaskan dengan pasangannya akan mengembangkan sel-sel darah putih yang dapat membunuh sel kanker.

4.       Mengurangi sakit
Cinta dapat mengaktifkan bagian dari otak yang mengontrol rasa sakit. Semakin bahagia pernikahan, semakin besar efeknya. Mengurangi tingkat stres juga mengurangi rasa sakit, terutama jika Anda menderita sakit kepala kronis.

5.      Melancarkan sirkulasi darah
Ketika bertemu dengan seseorang yang dicintai, otak mengirimkan impuls ke jantung sehingga berdetak lebih cepat dari biasanya. Hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke tubuh, meningkatkan sirkulasi dan kerja semua organ menjadi lebih efisien.

6.      Penyembuhan lebih cepat
Peneliti menemukan bahwa luka sembuh lebih cepat pada orang yang berada dalam hubungan cinta. Menurut penelitian itu, luka melepuh sembuh hampir dua kali lebih cepat pada pasangan yang bahagia dan tenang, dibandingkan dengan hubungan bermusuhan atau tertekan. Peneliti juga menemukan bahwa orang yang sedang jatuh cinta cenderung terhindar dari sakit dari flu dan demam.

7.       Mengurangi risiko penyakit jantung
Mengekspresikan perasaan cinta dapat mengurangi kadar kolesterol. Human Communication Research menemukan bahwa orang yang mengungkapkan perasaan kasih sayangnya kepada teman, kerabat atau pasangan memiliki kadar kolesterol yang lebih rendah. Ini berarti menurunkan kemungkinan serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya.

8.      Tekanan darah baik
Menurut sebuah studi di Annals of Behavioral Medicine, orang yang menikah dan bahagia memiliki tekanan darah terbaik dibanding dengan orang yang melajang atau menikah tapi tak bahagia.

Selain dari segi kesehatan apa lagi manfaat pacaran? yuk kita liat :D

1.      katanya.. bisa mengekspresikan kasih sayang karna bisa saling berbagi perhatian, curhat2an..jd gak kesepian gitu
2.      bisa diandalain buat ngerjain tugas skul,kul,ker, mungkin termasuk kerjaan rumah kali ya..waduh merangkap ni pacar atau...kasian amat..
3.      bisa ningkatin motivasi belajar, ehmm itu kalo lagi gak berantem dan gak bubaran sih..
4.      ada yg nraktir pulsa dan makan diwarung..
5.      ada yg anter jemput..(pacar atau ojek ni...)
6.       bisa pamer ke temen2, klo daku gak jomblo lg, karna laku gitu...(emang kacang goreng ya..)
7.      biar tahu sifat2/karakter pacar, jd bisa klop kalo udah jadi pasangan hidup
8.      ada juga yg tragisnya..menang taruhan cewek
Nah, itu survey dr beberapa orang yang punya pengalaman pacaran lho..
Bagi yang satu sekolahan atau institusi pacaran juga bisa sebagai penyemangat belajar. Kan malu kalau 1 kelas keliatan o’onnya sama doi. Pacaran juga bisa saling membantu kalau ada tugas. Ini dampak postif dari pacaran.
Trus ada gak efek negaif pacaran? apalagi yang masih remaja? Jelas banyak. Sekarang kita liat efek negatif pacaran ....... :D

1.      Mengekspresikan kasih sayang...eit..gak taunya kebablasan...kena MBA lagi (married by accident).
2.       Yang pasti dosa ya, why? Karna banyak zina yg dilakukan..Zina kering (nafsu pandangan mata,sentuhan kulit,imajinasi negatif,rayuan gombal), apalagi zina basah..waduh bener2 dosa besar tuh..
3.      Lupa Allah, lupa temen, lupa keluarga..karena buta hati oleh cinta..
4.       Isi dompet ludes, krisis keuangan, banyak ngutang, stresss...
5.       Capek ngerjain tugas skul,kul,ker, dan kerjaan rumah lainnya si doi
6.       Kalo lg marahan, bubaran pula..deuh konsentrasi belajar buyar..nilai anjlok..frustasi..bisa2 gantung diri..wah gawat ni..bisa2 habis meninggal langsung masuk...
7.      jadi gak ikhlas, karna melakukan sesuatu karena si doi
8.      terkadang jadi muna..lain depan lain belakang, gak punya prinsip
9.       kalo yg taruhan..ya, jadinya judi..dosa banget tuh..
10.  yang pasti Allah murka..Rasul marah..Malaikat dan segenap penduduk langit gak bisa mendoakan kebaikan..kalo penduduk bumi yg liat..iihhh..sebel,kesel,sok romantis..pegang2 peluk2 depan umum..
Kalau kita mau lihat dari sisi agama sebenarnya pacaran juga dilarang. Karena kita manusia dilengkapi dengan nafsu. Setiap saat jin dan iblis selalu menggoda kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang Allah. Dari yang niatnya positif, bisa menjurus ke hal-hal negatif. Apalagi kalau udah berduaan...
Orang tua pada ngelarang anaknya apalagi yang remaja pacaran karana takut mereka belum bisa mengontrol dirinya. Membedakan mana ynag baik dan mana yang buruk. Orang tua juga takut anakanya putus cinta, patah hati trus sekolahnya berantakan. Tapi kenyataannya gak semua orang tua loh yang ngelarang anaknya pacaran. Yapp, setiap orang kan punya prinsip dan pendapatnya masing-masing. Semua pasti ada baik dan buruknya. Tinggal kita aja sebagai manusia untuk bisa menyikapinya.
 So, semuanya kembali lagi ke diri kita masing-masing yang ngejalaninnya. Setiap orang punya pilihan dan kita juga harus bisa menghargai pilihan itu.
Nb : Tulisan ini Cuma sekedar tulisan buat nambah-nambah wawasan dan bacaan aja. Tidak ada maksud apa-apa. Apalagi sok menggurui. Yang paling penting tugas ini tujuan utamanya untuk memenuhi tugas individu spesial mata kuliah psikologi pendidikan. Semoga bermanfaat buat bagi yang membaca. Terima kasih ... ^_^

Proses Perkembangan Kognitif dan Teori-Teorinya

Jika kita berbicara tentang proses perkembangan kognitif pasti tidak terlepas dari proses perkembangan otak. Karna diotaklah semua proses kognitif itu berkembang. Jumlah dan ukuran araf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja. Maka dapat disimpulkan bahwa jika kognitif seorang anak  mengalami proses perkembangan maka otaknya juga akan berkembang sampai usia tertentu. Untuk menjelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif pada manusia kita dibantu oleh beberapa teori, seperti teori Piaget, dan teori Vygotsky.

  1. Teori Piaget. Melalui observasinya, Piaget juga menyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan. Masing-masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Tahpan Piaget itu adalah fase sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
  • Tahap sensorimotor. Tahap Piagetian pertama, mulai dari kelahiran sampai sekitar usia dua tahun, dimana bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra dengan gerakan motor.
  • Tahap praoperasional. Mulai dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun. Pemikiran simbolis meningkat tatapi pemikiran operasional belum ada. Tahap pra-operasional bisa dibagi lagi menjadi dua subtahap: fungsi simbolis dan pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis terjadi antara usia 2 sampai 4 tahun; berkembangnya kemampuan untuk merepresentasikan objek yang tidak hadir dan meningkatnya pemikiran simbolis;muncul egosentrisme dan animisme. Subtahap pemikiran intuitif dimulai pada usia sekitar 4 tahun dan berlangsung sampai usia 7 tahun. Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.
  • Tahap operasional konkret. Terjadi antara usia 7 smapai 11 tahun. Pada tahap ini anak berpikir secara operasional dan penalran logis menggantikan penalaran intuitif meski hanya dalam situasi konkret. Kemampuan klasifikasi sudah ada tetapi belum bisa memahami problem abstrak. 
  • Tahap operasional formal. Muncul antara usia 11 hingga 15 tahun. Dalam tahap ini pemikiran remaja lebih abstrak, idealistis dan logis
  1. Teori Vygotsky. Ada 3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky (Tappan, 1998): 
  • Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental. Menurut Vygotsky, menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. 
  • Klaim kedua Vygotsky, yaitu untuk memahami fungsi kognitif kita harus memeriksa alat yang memperentarai dan membentuknya, membuat Vygotsky percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting ( Robbins, 2001). Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal, bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak-anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem.
  • Klaim ketiga Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur. Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultur (Holland, dkk. 2001). Dia percaya bahwa perkembangan  memori, perhatian dan nalar melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat, seperti bahasa, sistem matematika, dan strategi memori.
Selain perkembangan kognitif yang telah dibahas diatas. Proses pembelajaran dan pendekatan juga menjadi topik yang berkaitan. Pendeketan yang digunakan untuk pembelajran dipembahasan ini adalah pendekatan behavioral dan pendekatan kognitif sosial. Pendekatan behavioral yang digunakan adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Sedangkan pendekatan kognitif sosial yang digunakan adalah teori kognitif  sosial Bandura.
  1. Pengkomdisian Klasik ( Ivan Pavlov) adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama.
  2. Pengkondisian Operan ( B.F Skinner) adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi.
  3. Teori Kognitif Bandura. Teori ini menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor prilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Ketiga teori diatas adalah pendekatan yang mungkin digunakan dalam proses pembelajaran. Lantas dari ketiga pendekatan yang telah dijelaskan diatas " Manakah pendekatan yang paling baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran? "

Asumsi sementara saya adalah, dari ketiga pendekaan diatas tidaka ada pendekatan yang paling baik atau pendekatan yang paling buruk yang dapat digunakan alam pembelajaran. Semuanya memiliki kelebihan dan ekurangannya masing-masing. Seperti halnya ketika kita ditanya "mana yang lebih baik laki-laki atau perempuan?" pasti jawaban kita adalah tidak ada yang lebih baik diantara keduanya. Keduanya sama-sama baik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga halnya dengan ketiga pendekatan diatas. Dan yang terpenting adalah masing-masing dari ketiga pendekatan diatas memiliki kapasitas atau jenis ruang lingkup masalah pembelajarannya sendir-sendiri. Maing-masing  bisa baik dan efektif bila digunakan pada situasi-situasi tertentunya.

Daftar Pustaka
Santrock, John W.2010.Psikologi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta : Kencana