1. Rizqi Chairiyah (10-007)
2. Fauziah Nami Nasution (10-016)
3. Sri Rizki Amanda (10-017)
Film Kinky Boots menceritakan tentang Charlie yang
mengalami keputusasaan setelah ayahnya meninggal, dimana perusahaan keluarganya
yang akan bangkrut. Charlie terjebak pada satu situasi dimana ia harus memutar
otak untuk menyelematkan Price&Sons (Usaha Pabrik Sepatu milik keluarganya).
Ditengah keputusasaannya,
Charlie berjumpa dengan Lola, seorang waria
yang berprofesi sebagai penyanyi cabaret di NightClub, London. Dari pertemuan
itulah Charlie terinspirasi membuat produk baru berupa sepatu untuk para waria di NightClub.
Dimana Lola direkrut sebagai desainer, atas dukungan dari Laurent (salah satu
pegawai Charlie).
Pada awalnya, sampel produk pertama Charlie tidak
sesuai dengan harapan Lola, dimana Lola merasa tersinggung, sepatu boots
berwarna merah yang diproduksi, tidaklah menarik (Warna merah adalah bagian dari
hidup Lola) sehingga membuat Lola marah. Namun, Charlie tidak putus asa, ia
kembali meyakinkan Lola, bahwa ia akan melakukan yang terbaik. Ia rela mempromosikan
produk yang dibuat hingga ke Milan (pusat mode). Hal ini membuat Charlie harus
menggadaikan rumahnya, dan putus dari tunangannya.
Dari hasil kerjasama antara Charlie dan Lola, Charlie
mampu mengatasi kebangkrutan pabriknya dan bisa memajukan kembali usaha pabrik
sepatunya. Ia juga mampu kembali mempekerjakan
pegawai yang sebelumnya
telah ia pecat. Dari hal tersebut, Charlie
belajar bahwa pegawai adalah aset yang paling penting dalam sebuah organisasi.
Analisa
Berdasarkan synopsis
film ‘Kinky Boots’, jika dihubungkan dengan teori Belajar, maka salah satu teori yang dapat menjelaskan
proses yang terjadi dalam film adalah pendekatan teori Gestalt. Teori Gestalt
didasarkan pada pengalaman persepsi terhadap suatu stimulus. Stimulus film
dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda antara satu penonton dengan
penonton lain.
Data adalah
hal yang paling dasar dari Psikologi Gestalt yang disebut dengan
fenomena. Suatu fenomena dapat dilihat dari keseluruhan atau totalitas, tidak
terpisah dalam berbagai elemen. Teori Gestalt dapat diterapkan dalam dua hal
saat menonton Film Kinky Boots. Pertama,
esensi yang didapat individu sebagai penonton (dimana respon dan persepsi pada
setiap penonton akan berbeda-beda), dan kedua
adalah esensi dari jalan cerita dan fenomena yang dialami tokoh utama (Charlie).
Dari sisi tokoh utama, teori Gestalt
sangatlah berkaitan, yaitu subjek (Charlie) ditempatkan dalam situasi yang
mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi. Dimana, saat Charlie putus asa,
ayahnya meninggal, usaha pabrik sepatunya akan bangkrut, Charlie mampu kembali
bangkit untuk meneruskan usaha keluarganya. Ia yang pada awalnya tidak punya
daya dan merasa tidak mampu melakukan apa-apa, menjadi orang yang sangat kuat
dan tegar. Stimulus yang ia dapat saat putus asa, yaitu penguatan dari Lauren
(pegawainya yang akan ia pecat); dan Lola (seorang waria) membuatnya bekerja
keras untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Secara perlahan tapi pasti, Charlie
mampu kembali memajukan Pabrik Sepatunya dan mendapatkan kembali kepercayaan
dari pegawainya, dan proses yang dijalani Charlie merupakan salah satu asumsi
dasar pada teori Gestalt, yaitu individu
memahami aspek dari lingkungan sebagai organisasi stimuli, dan merespons
berdasarkan persepsi, dimana organisasi/susunan dalam lingkungan itu sendiri
adalah sebuah proses, dan proses ini memengaruhi persepsi individu.
Selain
teori Gestalt, teori belajar yang dapat menjelaskan film “Kinky Boots” adalah pendekatan
koneksionisme yang dikemukakan oleh Edward Thorndike. Beliau mengidentifikasi
tiga hukum belajar. Pertama, hukum
efek (laws of effects) menyatakan
bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi
antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan
melemahkan koneksi tersebut. Bila
dihubungkan dengan prilaku Charli dalam film, maka dapat dijelaskan bahwa
keadaan saat Lola marah merupakan kejadian menjengkelkan yang melemahkan
prilaku Charlie yang buruk dalam membuat sepatu. Prilaku tersebut tidak
diulanginya lagi, ia membuat desain baru dengan sebaik mungkin melalui banyak
pertimbangan. Kedua, hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa
perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang
benar. Hukum belajar ini jelas
terlihat pada prilaku Charlie yang perlahan-lahan mengikuti apa yang orang lain
harapkan darinya. Pengalaman berulang yang ia rasakan membuat Charlie belajar
untuk berusaha sebaik mungkin dalam memproduksi sepatu. Dan hal ini adalah
respon yang benar. Ketiga,
hukum kesiapan (law of readiness)
mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan”
atau “menjengkelkan”. Pelaksanaan tindakan dalam merespons impuls yang kuat
adalah memuaskan, sedangkan perintangan tindakan atau memaksakannya dalam
kondisi lain adalah menjengkelkan. Hukum ketiga ini tampaknya sedikit membingungkan. Tetapi
kelompok akan tetap mencoba menghubungkannya dengan prilaku-prilaku yang ada di
film. Jika dihubungkan dengan prilaku Charlie (tokoh utama dalam film), hukum
ini terlihat ketika adanya keinginan Charlie untuk menyelamatkan perusahaannya
dari kebangkrutan, ia melaksanakan tindakan atas impuls kuat tersebut. Dan hal
ini disebut sebagai keadaan yang “memuaskan” pada hukum kesiapan (law of
readiness). Sampai pada akhirnya ia berhasil membangun kembali kejayaan
perusahaan sepatu milik kelurganya tersebut.
Sumber
:
Gredler, Margareth E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan
Aplikasi, Ed. 6, Cet. 1. Jakarta: Prenada Group
Sarwono, Sarlito W. 2002. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan
Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang
Casino: 50 Free Spins No Deposit | Mapyro
BalasHapusWelcome to 대전광역 출장안마 Casino. 제주 출장샵 50 Free 남양주 출장샵 Spins 파주 출장안마 No Deposit at Boomtown. Claim your Welcome 전주 출장샵 Bonus now! ✓ Up to $500 + 150 Free Spins Bonus!