Ada beberapa jenis tes inteligensi. Baik secara individual maupun kelompok. Beberapa tes inteligensi tes inteligensi tersebut adalah :
1. Tes IQ individual
- Tes Binet. Binet menegembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya adalah, IQ = MA/CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Jika usia mental di atas usia kronologis, maka IQnya lebih dari 100. Misalnya, anak 6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ 133. Jika usia mentalnya dibawah usia kronologis, maka IQnya dibawah 100. Misalkan anak usia 6 tahun denagn usia mental 5 tahun akan punya IQ 83.
- Skala Wechsler. Tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4 sampai 6 1/2 tahun; Wechsler Intelligence Scale for Chidren-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga 16 tahun; dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Selain menunjukkan IQ keseluruhan, skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada 6 subskala verbal, IQ kinerja didasarkan pada 5 subskala kinerja. Ini membuat peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbeda-beda (Woolger, 2001).
Tes inteligensi kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Tests, Khulman-Anderson Intelligence Tests, dan Otis-Lennon School Mental Abilities Tests. Tes kelompok akan lebih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual, namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompk besar, peneliti tak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan sebagainya. Dalam situasi tes kelompok besar, murid mungkin tidak memahami instruksi atau mungkin diganggu oleh murid lain. karena kekuranga ini, maka saat akan dibuat keputusan penting menyangkut murid, tes intelgensi kelompok harus dilengkapi dengan informasi lain tentang kemampuan murid.
Teori Multiple Intelligence.
- Teori Triarkis Stenberg. Menurut teori inteligensi triarkis dari Robert J. Stenberg (1986, 200), inteligensi muncul dalam bentuk : analitis, kreatif dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemapuan untuk menganilisis, menilai, mengevaluasi, memandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, megaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
- 8 Kerangka Pikiran Gardner. Howard Gardner ( 1983, 1993, 2002) percaya bahwa ada banyak ipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran. Kerangka ini dideskripsikanbersama dengan contoh pekerjaan yang merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka (Campbell, Campbell & Dicksinson, 1999) :
- Keahlian verbal
- Keahlian matematika
- Keahlian spasial
- Keahlian tubuh-kinestetik
- Keahlia musik
- Keahlian intrapersonal
- Keahlian interpersonal
- Keahlian naturalis
Yang harus kita lakukan adalah jauhi pandangan stereotip dan perkiraan negatif tentang murid berdasarkan skor IQ. Tes IQ harus selalu dianggap sebagai ukuran kinerja saat tes tes itu dilakukan. Tes IQ bukan menguku potensi tetap. Perubahan kedewasaan dan pengalaman yang makin banyak dapat menaikkan kecerdasan si murid. Jangan gunakan tes IQ sebagai ukuran utama atau ukuran satu-satunya untuk kompetensi. Hal terpenting yang harus diingat adalah IQ tinggi bukan puncak nilai kemanusiaan.