Kelompok
1
Tema :
Sayang Bumi
Topik :
Mengenal Lingkungan
I.
Pendahuluan
Salah satu topik
terhangat yang menjadi perbincangan serius dimasyarakat adalah memanasnya suhu
bumi yang memberikan dampak besar bagi aktivitas manusia sehari-hari. Kenaikan
suhu atau panas yang kita rasakan sekarang terjadi sangat cepat. Saat malam
haripun kita merasakan panas yang tidak biasa. Hal ini terjadi karena global
warming atau pemanasan global yang diakibatkan efek rumah kaca, asap kendaran
bermotor, asap pabrik dan industri serta penebangan liar yang semakin marak
terjadi. Tidak hanya itu, pengelolaan pembuangan akhir (sampah) juga turut
memberikan sumbangan yang besar bagi global warming. Hal-hal tersebut diatas
sebenarnya belum terlambat untuk ditanggulangi. Bahkan kita juga masih bisa
mencegah pemanasan global yang smakin hari semakin meningkat.
Lantas bagaimana
caranya agar kita bisa menanggulangi bahkan mencegah pemanasan global agar
tidak meningkat atau meminimalkan efek buruknya bagi kehidupan makhluk hidup
dimuka bumi? Kita bisa memulainya dengan melakukan hal-hal kecil secara
individual terlebih dahulu. Seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam
pohon dihalaman rumah, mengurangi pemakaian listrik yang tidak berguna, mengurangi
penggunaan bahan yang tidak bisa didaur ulang dan menggunakan lagi bahan-bahan
yang masih bisa dipakai, tentu hal ini kita kenal dengan istilah daur ulang.
Mengingat wacana
diatas, maka tema yang akan kami ambil dalam micro teaching adalah “ Sayang
Bumi “. Tema ini mengusung gerakkan menanam pohon dan membuang sampah pada
tempatnya. Semua kegiatan yang dirancang adalah bertujuan untuk memperkenalkan
kepada siswa tentang pentingnya menjaga bumi dan hal ini sejalan dengan isu
global warming yang saat ini sedang diperbincangkan.
Cara mengajar yang kami terapkan untuk mengaplikasikan tema “ Sayang Bumi”
adalah dengan mengguakan strategi mengajar kelompok dan tim, ceramah serta
strategi mencari dan menemukan. Kelompok juga mengaplikasikan teori B.F.
Skinner untuk menyampaikan materi, yaitu dengan menggunakan teknologi. Kami
menggunakan kaptop untuk menampilkan beberapa video yang berhubungandengan
global warming, bagaimana hidup sehat dengan menjaga keseimbangan alam. Dalam
video juga ditampilkan akibat buruk dari penebangan liar, buang sampah
sembarangan dan beberapa pesan lain yang tentunya menarik dan tetap sejalan
dengan tema yang kami usung.
Selain itu kelompok juga mengajarkan anak-anak keterampilan dengan menggunakan
barang-barang bekas (mendaur ulang). Sehingga barang-barang bekas tersebut
tidak menjadi sampah yang bisa berakibat negatif bagi bumi.
I.1. Tujuan Micro
Teaching
Memperkenalkan
anak pada keindahan alam
Membimbing
anak cara menjaga lingkungan
Memberikan
anak pengetahuan tentang dampak tidak menjaga lingkungan
Mengajarkan
anak keterampilan dengan memanfaatkan barang-barang bekas
Mengasah
kreatifitas
I.2. Manfaat Micro
Teaching
Melalui rangkaian micro teaching ini anak lebih memperhatikan lingkungan.Selain
itu pembagian kelompok bermanfaat agar anak mampu bekerja sama dengan orang
lain. Video edukasi yang diberikan juga membuat anak mengenal teknologi,
seperti laptop.
II.
Landasan Teori
Guru bertanggung jawab
untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa. Tentu guru juga harus
menjadi pembelajar sejati agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus mengalami percepatan, termasuk kemajuan dibidang paedagogi
sendiri, meskipun tidak ada formula yang akan menjamin semangat dan efektifitas
bagi setiap siswa dalam setiap konteks, ada bukti-bukti luas yang
terdokumentasi dengan baik tentang jenis pendekatan pengajaran yang secara
konsisten memiliki dampak positif terhadap aktivitas pembelajaran siswa.Kegiatan
belajar mengajar siswa dapat dilakukan dengan pendekatan teknologis melalui
aplikasi teknologi pengajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan
pembelajaran berbasis teknologi adalah B.F. Skinner. Skinner berargumen bahwa
guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau
mentranformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam
logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik.
Berkaitan dengan
prinsip paedagogi yang telah disinggung diatas, kelompok akan menggunakan
5 strategi mengajar yang efektif untuk merealisasikan pengajaran yang bertema “
Sayang Bumi” yang telah direncanakan. 5 strategi tersebut yang pertama adalah
pelatihan, yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang
jelas. Yang kedua adalah ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi
dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses dan diingat
Selain itu, seorang guru juga harus memiliki persyaratan baik itu yang
cenderung statis maupun dinamis. Namun, melihat perkembangan yang begitu pesat,
baik dalam hal teknologi maupun isu-isu lain guru menjadi lebih dituntut untuk
memiliki persyaratan “dinamis”. Mengacu pada hal yang saat ini sedang
berkembang yaitu isu-isu mengenai pemanasan global (global warming), maka tema
“sayang bumi” menjadi tema yang mungkin sangat menarik dan baik diterapkan
dalam proses pengajaran.
III.
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam micro teaching adalah,
·
Kertas Origami
·
Laptop
·
Reward, berupa susu.
·
Gelas air mineral bekas
·
Spidol warna,
·
Pita
·
Perekat
IV.
Lokasi
TK Aisyah
Jl.Abdul Hakim
V.
Perencanaan Kegiatan
Tanggal
|
Kegiatan
|
9-20 April 2012
|
Menyusun rencsna
kegiatan
|
20 April 2012
|
Tinjau lokasi
|
21 April 2012
|
Terjun ke lapangan
|
VI.
Perincian Dana
·
Reward
: Rp.60.000,-
·
Origami
: Rp. 5.000,-
·
Peralatan lainnya : Rp.36.000,-
VII. Instruktur Kegiatan
Instruktur
|
Bentuk
Kegiatan
|
Yohanti
Viomanna
|
Menyanyi
|
Nadya Putri
Delwis
|
Menari
|
Fauziah Nami
|
Video edukasi mengenai cara menjaga lingkungan
|
Elienz Vidella
|
Keterampilan Daur Ulang
|
Rizqa Retizha
|
Mengajar keterampilan origami
|
Fitri Dian Adlina
|
Video edukasi mengenai dampak tidak menjaga
lingkungan
|
VIII. Evaluasi
Pada saat kedatangan kami untuk melaksanakan micro teaching, ada anak yang
berulang tahun sehingga kelas digabung dengan kelas lainnya dan jumlah anak
yang banyak membuat proses belajar kurang efektif. Pada saat observasi
sebelumnya, guru mengatakan anak-anak sudah bisa membaca, namun karena kelas
dicampur, sebagian besar ternyata anak-anak belum bisa membaca.
Di kelas juga terdapat dua anak hyperaktif dan satu anak autisme. Sehingga
membutuhkan kesabaran lebih dalam menjelaskan dikelas dan mengkontrol keadaan
kelas. Dalam mengatasi anak-anak yang hyperaktif dikelas, kami mencoba untuk
menarik perhatian mereka untuk selalu berfokus kepada kami, dan ternyata
pemutaran video edukasi dan praktek ketrampilan dapat membuat mereka berpartisipasi
dengan baik dikelas. Kelas yang tidak memiliki infokus membuat kami
mengimprovisasi membagi kelas menjadi tiga kelompok dan mengajak mereka
menonton bersama melalui laptop. Ternyata ini efektif untuk memfokuskan
perhatian anak-anak.
Untuk mengatasi anak yang autisme, kami mencoba untuk selalu mengajak ia
berpartisipasi, baik dalam menentukan warna kertas, spidol, dll. Ini bertujuan
untuk membuat ia lebih aktif. Dan cara ini juga berhasil.
Ketika kami meminta respon anak-anak, guru cenderung memilih anak-anak yang
menonjol. Ini otomatis menurunkan kepercayaan diri anak-anak lainnya, dan
membuat mereka malu untuk aktif dikelas. Ketika kami mengajarkan ketrampilan
origami dan membuat gelas hias, anak-anak kami tanya satu persatu untuk
memancing mereka aktif. Kami juga memberikan pujian ketika anak-anak dapat
mengerjakan ketrampilannya. Hal ini kami lakukan untuk membangkitkan rasa
percaya diri mereka.
Pada saat pemutaran video edukasi secara berkelompok anak juga terlihat lebih
aktif bertanya. Dan setelah pemutaran, anak-anak dapat menceritakan kembali
dengan baik makna video edukasi yang mereka lihat. Setelah micro teaching kami
selesai, anak-anak terlihat lebih bersemangat dan aktif ketika kami meminta
mereka menjelaskan bagaimana cara menyayangi bumi. Disini anak sudah tidak
tampak malu untuk berpendapat.
IX. Pesan dan Kesan
Selama Micro Teaching
Ø Fauziah Nami
Nasution (10-016)
Tantangan yang saya
rasakan selama micro teaching di TK Aisyah ini adalah minimnya pengalaman saya
untuk menguasai kelas. Terutama anak Tk dengan berbagai macama karakter. Mereka
semua seharusnya mendapatkan perhatian yang sama. Ketika menghadapi anak yang
kurang aktif dan pemalu saya berusaha melakukan pendekatan sebaik mungkin agar
ia nyaman untuk berinteraksi dengan saya. Saya berusaha seaktif mungkin dan
menghampiri bangkunya untuk menanyakan namanya, apakah dia bisa melakukan dan
mengikuti apa yang diberikan dikelas. Beda ketika saya berhadapan dengan anak
yang aktif bahkan cenderung hiperaktif. Berbagai macam cara interaksi dan
komunikasi saya gunakan untuk bisa membuat kelas kondusif.
Ø Elienz Vidella
Tarigan (10-028)
Menurut saya kegiatan
micro teaching ini sangat menantang dan cukup membantu kelompok untuk belajar
bagaimana berhadapan langsung dengan anak-anak,lalu bagaimana mengajar
mereka,kemudian bagaimana menghadapi beberapa kendala dalam mengajar
mereka.Karena kita belajar tidak cukup hanya dari teori saja,harus ada praktek
langsungnya juga agar proses belajar mengajar itu dapat berlangsung dengan
baik.Selain itu kami juga bisa belajar mengenal bagaimana lingkungan
kanak-kanak,memahami gerak-gerik mereka,bagaimana ekspresi dan cara mereka
menanggapi kegiatan yang kami sampaikan,pokoknya kegiatan ini sangat menantang
dan menarik buat saya.
Ø Fitri Dian
Adlina (10-091)
Kegiatan micro teaching
ini pengalaman pertama saya untuk mengajar dan memberi materi kepada anak TK.
Awalnya sempet grogi karena murid di kelas tersebut sangat banyak, lebih banyak
dari biasanya yang berjumlah 18 murid. Apalagi saya mendapat giliran mengajar
yang terakhir di dalam kelas. Sehingga agak kesulitan untuk membuat mereka
fokus lagi seperti di awal-awal. Tetapi setelah saya mencoba berkenalan dengan
mereka , rasa grogi saya sedikit memudar karena mulai memahami karakter mereka.
Sehingga saya tahu apa yang harus dilakukan ketika mengajar dan berusaha
membangun suasana. Saya senang karena mereka banyak yang aktif. Ketika saya
memutar video edukasi tentang lingkungan dan menstimulasi mereka, ternyata
pemahaman mereka tentang lingkungan cukup baik. Itu sangat membantu saya dalam
menjelaskan materi. Meskipun ada beberapa yang pemalu, tetapi ketika saya
menawarkan mereka untuk ke depan dan menceritakan kembali tentang video
tersebut, mereka mau. Memang butuh kesabaran dalam menghadapi berbagai karakter
mereka yang berbeda. Tetapi sebagai pengajar yang baik seharusnya tetap
memberikan mereka kesempatan dan menstimulasi mereka untuk terlibat di kelas.
Dan tidak membeda-bedakan merekan. Karena ketika kita mulai mengenal dan
memahami mereka dengan baik, maka akan mudah untuk mengambil hati mereka.
Ø Nadya Putri
Delwis (10-024)
Menyenangkan bisa
berinteraksi dengan anak-anak yang masih lucu-lucunya. Mereka ada yang berani
untuk tampil di depan ada juga yang malu-malu untuk menampilkan bakatnya.
Awalnya saya grogi untuk mengajar dan berinteraksi dengan anak-anak tersebut,
tapi entah kenapa, setelah mencoba dan mereka tanggapannya positif saya menjadi
bersemangat. Daya tangkap anak-anak itu juga sangat cepat dan mereka juga mau
untuk terbuka mengenai perasaannya. Jadi, komunikasi dengan anak-anak itu
juga lancar dan mengasyikan.
Ø Rizqa Rethiza
(10-102)
Menurut saya sangat
menyenangkan dan penuh pelajaran dalam pelaksanaan maupun proses pengerjaan
micro teaching ini. Dimana kita dituntut untuk siap dalam menghadapi setiap
prilaku anak-anak yang tentu saja tidak dapat diprediksi, begitu juga dengan
faktor-faktor lain seperti keadaan murid dan lingkungan kelas. Pada saat kami
datang mengunjungi TK Aisyiyah ini untuk praktek micro teaching, ternyata
sedang ada anak yang ulang tahun dan hendak mengadakan acara, sehingga kelas
tercampur dan melebihi kapasitas biasanya yang hanya 18anak menjadi 25 anak.
Karena faktor inilah kelas menjadi semangkin ribut dan susah ditenangkan. Sifat
anak juga beragam, ada yang pasif, aktif, hiperaktif, bahkan ada anak autisme
dikelas ini, namun hal ini tidak mengurangi semangat kami untuk menyampaikan
materi yang ingin kami sampaikan. Kami berusaha keras untuk membuat anak-anak
tetap fokus kepada kami dan dapat melakukan apa yang kami ajarkan. Saya dalam
micro teaching ini mengajarkan mereka untuk berkreasi dengan origami, dimana
dapat mengasah kreativitas mereka. Saya membuat mereka dalam beberapa
kelompok dimana ada 2 anak dalam satu kelompok, namun saya tetap memberikan
kertas origami kepada mereka secara perorangan. Saya menjelaskan satu-persatu
dari kelompok ke kelompok agar mereka lebih mengerti mengenai langkah-langkah
yang juga saya jelaskan sambil mempraktekkan didepan. Mereka dengan baik dapat
mengerjakan petunjuk yang saya berikan dan terfokus kepada saya. Berbagai
improvisasi saya lakukan untuk membuat mereka lebih mengerti kepada saya. Dan
akhirnya saya menyadari bahwa menjadi guru tidak semudah yang saya pikirkan
dahulu. Tapi walaupun sulit saya sangat menyukai pengalaman berharga ini J
Ø Yohanti
Viomanna (10-109)
Saya sangat senang
dengan pengalaman baru saya ini. Ini akan menjadi pengalaman yang terlupakan
untuk saya. Disini saya mengajarkan mereka kesenian menyanyi mengenai alam
awalnya guru mereka memberi informasi bahwa mereka sudah bisa membaca, namun
ketika dikelas saat kami praktek, karena ada percampuran murid, guru
memberitahukan kepada saya bahwa mereka belum bisa membaca, sehingga agak sulit
untuk mengajarkan mereka menyanyi, apalagi ternyata mereka belum tahu mengenai
lagu yang saya bawakan. Dan ketika saya menulis lagu tersebut dipapan tulis,
ternyata mereka belum bisa membaca. Akhirnya saya berimprovisasi untuk mengajak
mereka menyebutkan kalimat perkalimat lagu ini, ini membantu mereka untuk
mengingat lirik yang saya berikan, setelahnya baru saya mengajak mereka
bernyanyi bersama saya. Dan akhirnya saya berhasil membuat bereka bernyanyi
bersama saya. Saya merasa senang karena akhirnya berhasil membuat mereka
bernyanyi bersama saya yang pada awalnya mereka hanya diam karena tidak
mengetahui sama sekali lagu yang saya bawakan. Dengan segala kesulitan dan
kebingungan yang ada, saya tetap menyukai micro teaching ini karena sangat
menyenangkan.