Jumat, 30 Maret 2012

Paedagogi Praktis dan Paedagogi Ilmiah

Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, paedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan paedagogis formal” dan “pengetahuan paedagogis vernakular” ( McNamara, 1991). Paedagogi formula bermakna paedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan paedagogi vernakular merupakan kata lain dari paedagogi praktis. Paedagogi formal atau paedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari paedagogi vernakular atau paedagogi praktis. Paedagogi formal atau teoritis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa dan dibangun atas fondasi kajian empirik selama proses belajar mengajar (Moore, 2000). Meski demikian, harus kita akui bahwa hingga saat ini tidak ada teori atau buku teks yang sepenuhnya dapat menjelaskan detail atau memprediksi perilaku paedagogi secara seutuhnya.
Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis, yaitu :
1.      Untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Temuannya pada dasarnya bersifat nonlinear.
2.      Untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan dan bila perlu memodifikasi paedagogi.
Tujuan pertama melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan yang kedua melahirkan paedagogi praktis. Hasil-hail penelitian dari universitas, lembaga penelitian, peneliti perorangan, dan bahkan pengalaman praktis guru serta refleksi atas paedagogi efektif merupakan sumber kemajuan dalam paedagogi ilmiah.
Pada tataran pembelajaran di kelas tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah. Meski demikian, praktik paedagogi yang baik harus didasari oleh teori paedagogi yang sudah teruji. Jembatan antara paedagogi ilmiah dan paedagogi praktis juga meningkat melalui penggunaan penelitian ke bidang-bidang seperti metakognisi dan hasil pembelajaran bertahun-tahun.
Bagi guru-guru, kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis. Karena memang, teori merupakan sesuatu yang paling praktis. Contoh mudahnya saja, membangun gedung pencakar langit tanpa teori, hasilnya akan rontok. Dokter mengoperasi jantung pasien tanpa teori, pasiennya akan mengalami kematian segera.
Sebenarnya banyak guru secara tidak sadar juga menjadi peneliti. Karena di dalam tugas-tugas praktis mereka, selalu muncul pengalaman baru, yang jika waktu memungkinkan dapat menambah khasanah baru bagi perbaikan pengajaran mereka. Meskipun demikian, tidak semua guru dapat menimba pengalaman baru selama menjalani proses pembelajaran, dengan beberapa alasam seperti, informasi yang berlebihan, kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan, tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif, kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh, dan adanya pengekangan terhadap kreativitas.
Demikianlah sedikit pengetahuan untuk menambah wawasan kita mengenai perbedaan paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah abad ke-21. Semoga bermanfaat J .....

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.

Selasa, 27 Maret 2012

FENOMENA PENDIDIKAN ABAD 21 DIKAITKAN DENGAN PAEDAGOGI PRAKTIS

Tugas Kelompok, 26 Maret 2012
Fauziah Nami Nasution (10-016)
Sri Rizki Amanda (10-017)


            Paedagogi adalah seni mengajar pada anak-anak. Paedagogi tidak sekedar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut dengan paedagogi praktis. Paedagogi praktis adalah pengaplikasian dari teori-teori paedagogi, contohnya ketika seorang guru mengajar dalam kelas (paedagogi praktis), guru harus tahu teori-teori/cara-cara mengajar yang baik dan benar, agar siswa termotivasi untuk belajar (paedagogi ilmiah/teoritis).
            Fenomena cara mengajar guru saat ini berbanding terbaalik dengan teori-teori paedagogi yang ada.. dimana guru tidak lagi memperhatikan cara mengajar yang baik melainkan hanya sekedar mentransfer materi yang ada di buku. Hal lainnya yang mengejutkan adalah guru banyak menerima hadiah dari murid dengan pamrih. Artinya dengan adanya hadiah tersebut guru membalas dengan memberikan nilai yang baik tanpa memperdulikan apakah murid tersebut benar-benar layak atau tidak mendapatkan nilai tersebut. Masih banyak fenomena lain yang terjadi dilingkungan pendidikan sekarang, banyak cara mudah mendapatkan nilai tinggi tanpa harus belajar. Seperti, murid yang memiliki orang tua disekolah yang sama (orangtuanya guru), bisa mendapatkan nilai tinggi dengan mudah karena ada orangtua yang berpengaruh disekolahnya.
Hal diatas tidak mencerminkan pengaplikasian paedagogi yang sebenarnya. Seperti yang kita ketahui bersama, paedagogi menuntut guru untuk memiliki wawasan luan, improvisasi dalam kelas, strategi belajar yang benar dan dapat menginspirasi siswa agar temotivasi untuk terus belajar. Tetapi hal ini tidak bisa digeneralisasikan, karena tidak semua guru/pendidik melakukan hal tersut. Ada beberapa guru juga yang benar-benar mengaplikasikan teori paedagogi.
Jadi seharusnya para pendidik lebih memperhatikan prinsip-prinsip paedagogis yang sebenarnya, dan benar-benar mengaplikasikannya (tidak hanya sekedar tahu).

Senin, 26 Maret 2012

Prinsip-Prinsip Paedagogis


Menurut Addine (2001), di antara prinsip-prinsip paedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis. Karakter ilmiah dan ideologis ini menyoroti bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita. Dengan demikian, setiap konten yang pembelajar ambil disekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak.
Prinsip lain yang berorientasipada proses ini adalah salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan etrhadap kepribadian siswa. Ini berarti bahwa jika proses paedagogis terjadi dalam konteks sekelompok orang, yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda dan mengadopsi kaakteristik tertentu, setiap anggota memiliki kekhususan unik yang membedakan dia dari yang lain, dan memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati juga.
Kedua hal diatas adalah dua dari beberapa prinsip-prinsip paedagogis. Jika kita kaitkan dua hal tersebut dengan fenomena dilapangan dunia pendidkan sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah  “ apakah dilingkungan pendidikan di Indoneisa sekarang sudah mengaplikasikan prinsip-prinsip paedagogis tersebut?“
Jawaban saya atas pertanyaan diatas adalah sebagian besar sekolah ataupun institusi pendidikan di Indonesia belum mengaplikasikan prinsip-prinsip paedagogis. Mengapa? Karena menurut saya, masih banyak sekali sekolah-sekolah didaerah tertinggal yang tidak mengetahui hal ini. Yang lebih mencengangkan, masih ada beberapa sekolah atau institusi pendidikan yang mengetahui atau memahami prinsip-prinsip ini, tetapi tidak menerapkannya dilingkungan pendidikan tersebut. Prinsip ini dianggap hanya teori belaka. Contohnya saja, masih banyak sekolah yang tertinggal informasi terbaru tentang sains, tidak mengetahui kemajuan teknologi, dan masih adanya beberapa pendidik yang tidak bisa memahami muridnya secara individual. Padahal setiap anak memiliki keunikannya masing-masing, memiliki bakat dan potensi yang berbeda-beda yang seharusnya didorong untuk terus dikembangkan agar kelak menjadi sesuatu yang membanggakan dan bermanfaat baik bagi individu itu sendiri maupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.

Sabtu, 24 Maret 2012

Kulian Online ???


Tes ... Tes .... Testimoni ................
Hmmmmm...... Kelas paedagogi yang dilakukan secara online kali ini sebenarnya bukan kuliah online pertama yang dilakukan oleh dosen pengampu. Jika diingat-ingat lagi, kuliah online ini juga pernah dilakukan saat mata kuliah psikologi pendidikan dengan dosen pengampu yang sama, yaitu Bu Dina. Posting kali ini saya cuma mau kasi testimoni berkaitan dengan mata kuluah paedagogi yang dlakukan secara online kemarin. Jadi kalimatnya saya buat sedikit santai. Berbeda dari posting-posting sebelumnya.hehehe
Sedikit berbagi apa yang kami lakukan pada kuliah online mata kuliah paedagogi kemarin, kami ditugaskan untuk mengeksplor satu link website untuk pendidikan (edukasi.net), setelah itu kami harus memberikan testimoni dengan mengaitkan 3 materi yang telah dipelajari, yaitu seni mengajar, paradigma belajar dan prinsip-prinsip paedagogis.  Hasil yang saya dapat hari itu, bahwa belajar tidak hanya terbtas pada ruangan persegi yang dibatasi dinding-dinding keras. Semua hal dikehidupan sehari-hari bisa mengajarakan kita banyak hal. Banyak sekali sumber daya diluar sana yang bisa kita gunakan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing. Mau menggunakannya untuk hal positif atau sekedar menggunakannya untuk bermain-main dan tidak bermanfaat sama sekali.
Kuliah online kali ini menurut saya lebih efektif dari pengalaman pertama dulu. Kenapa saya mengatakan kuliah online kali ini lebih efektif?  Karna pada kuliah ini kami secara merata dapat mengeksplor kemampuan berfikir dan mengasah kreativitas dengan tetap mengikuti materi dalam ruang lingkup paedagogi. Artinya kami tidak hanya sekedar membaca ataupun menghafal materi saja, tetapi langsung mempraktekkan apa yang kami dapat dikelas paedagogi sebelumnya. Karena menurut saya ilmu yang kita punya tanpa sama saja dengan tidak belajar sama sekali. Bagi saya, praktek dalam kehidupan sehari-hari, sesederhana apapun itu, hal tersebut akan menjadi sangat penting dan bermanfaat. Ini merupakan hal postif dalam dunia pendidikan yang harus didukung pelaksanaanya. Jadi remaja zaman sekarang  tidak hanya menggunakan internet untuk facebook atau twitter atau jejaring sosial lainnya, tetapi juga menggunakannya untuk menambah wawasan dengan membuka situs-situs yang memang disediakan untuk pendidikan.
Nah, itu tadi adalah testimoni saya mengenai mata kuliah paedagogi pertemuan keempat yang dilakuka secara online.